↻ Lama baca 2 menit ↬ Pagi tadi sekitar pukul tujuh, penjual ikan hidup dan ayam hidup, untuk dia sembelih di pinggir jalan, itu datang. Jangankan bagi orang vegetarian karena alasan spiritual, saya yang bukan vegetarian saja tidak bisa melihat ikan dan ayam serta binatang lain disembelih. Kebetulan besok Hari Proklamasi Kemerdekaan. Saya terkesan oleh peci Aki penjual ikan dan ayam itu. Sejak dulu dia selalu berpeci. Peci itu sebagai aksesoris kepala sekaligus sebagai wadah uang pembayaran. Dulu waktu saya bocah, hal macam ini lumrah. Peci makin formal Sejauh saya lihat makin jarang tukang bangunan dan penjual keliling memakai peci. Mereka lebih suka memakai topi untuk menahan panas mentari. Dulu peci bisa untuk formal necis maupun harian santai setiap kali keluar rumah. Tentu peci untuk pergi kenduri dan untuk beli rokok di warung tetangga beda. Kalau untuk berlebaran malah lebih khusus dari sandal, sarung, kemeja, hingga peci itu anyar gres. Kini peci cenderung untuk bernecis diri. Kebetulan peci dan setelan jas adalah busana nasional — apapun agama seseorang. Di gereja saya pun sebagian orang sepuh berbaju rapi dengan peci di kepala. Dulu Eforus HKBP dan Ketua Umum PGI Nababan sering berpeci. Untuk duta besar RI, penyerahan kredensial di tempat bertugas memakai teluk belanga, komplet dengan peci. Harus pakai peci karena itu bagian dari setelan teluk belanga, busana Melayu Riau dan Semenanjung. Peci, Bung Karno, dan Indonesia Peci bukan hanya dipakai orang Indonesia. Tetangga serumpun di Malaysia juga memakai. Namun ikon Soekarno berpeci pada masanya pernah menguat. Bapak saya waktu tinggal di kota kecil Amstelveen, Belanda, awal 1970-an, jika keluar sore yang dingin dengan syal dan peci, seperti dia lakukan di Salatiga, selalu diteriaki sinyo-sinyo kecil dengan riang, “Sukarno! Sukarno!” Bung Karno BK adalah peci. Tetapi dalam foto Proklamasi Kemerdekaan, dari sang Dwi Tunggal hanya BK yang berpeci. Bung Hatta tidak. Hingga kini persepsi visual saya tentang Mohammad Hatta adalah tokoh yang tak berpeci. Begitu kuatnya ikon BK berpeci dalam aneka pose sehingga versi siluetnya pun langsung dikenali. Salah satu materi kampanye Cabup Nganjuk, Jatim, Novi Rahman Hidayat, adalah foto profil = dari samping yang mengingatkan orang kepada BK. Tatkala Bupati Novi diciduk KPK, dua media, yakni dan pada hari yang sama 10/5/2021 menggunakan foto profil berpeci tersebut untuk infografik. Itulah catatan saya ihwal peci. Saya tak tahu apakah peci menyerap petje baca pèt-ciyê dari bahasa Belanda. Lebih menarik saya menanya Anda tentang dua hal. Pertama jika Anda pria, apakah Anda saat ini menyimpan peci? Kedua apakah di luar acara resmi, sejak Lebaran hingga akad nikah, Anda juga pernah berpeci, kapan terakhir kali? ¬ Kredit foto Buku Nababan oleh BPK Gunung Mulia; kredensial Dubes RI di Uzbekitan oleh Kemlu RI ; Proklamasi oleh Ipphos ; Patung Soekarno dan Hatta di Tugu Proklamasi oleh BBC; infografik Novi oleh Lokadata dan Jatim Times
Tapi kita tahu, tingkat ke-PD-an orang berbeda-beda. Ada orang yang PD pakai fotonya sendiri (bahkan ada yang sampai pakai foto profil WhatsApp couple sama pasangan lho). Tapi di sisi lain ada juga orang yang kurang PD menggunakan fotonya sendiri. Alhasil biasanya orang menggunakan foto animasi/gambar estetik sebagai gambar profil.- Kecuali Megawati Soekarnoputri, semua Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, punya foto resmi dengan kepala tertutup peci. Tampilan mereka yang gagah dengan jas dan peci terpampang di dinding-dinding sekolah dan kantor-kantor hanya para pemimpin negeri ini yang mengenakan peci. Mereka yang ingin menjadi calon kepala daerah, calon anggota dewan pun kebanyakan berkampanye dengan menampilkan fotonya yang gagah mengenakan peci. Tak peduli apapun agamanya, foto kampanye baru terasa sah jika mengenakan peci. Terasa lebih berwibawa, gagah, sekaligus nasionalis. Kombinasi maut yang diharapkan bisa menggaet suara untuk memenangkan acara resmi kenegaraan, presiden juga biasanya mengenakan peci. Acara pelantikan pejabat, Upacara 17 Agustus, tidak sah jika pejabat yang menghadiri tidak mengenakan peci. Peci memang kini telah menjadi sebuah identitas kebangsaan. Atas alasan itulah Walikota Bandung, Ridwan Kamil terhitung sejak 2014 mewajibkan mewajibkan Pegawai Negeri Sipil PNS di lingkungan Pemerintah Kota Bandung mengenakan peci setiap hari Jumat. "Bung Karno menyatakan peci adalah identitas lelaki Indonesia, terlebih menggunakan kopiah bisa tambah ganteng," kata Ridwan Kamil, seperti dikutip dari apakah benar bisa membuat ganteng atau tidak, tapi Peci adalah lelaki Indonesia. Padahal, peci sebenarnya bukan penutup kepala asli Indonesia. Bagaimana perjalanan peci sehingga bisa menjadi sebuah simbol identitas nasional?Perjalanan PeciPeci bisa diartikan juga sebagai kopiah atau songkok. Bicara soal sejarah peci, sebagian orang akan mengacu pada Fez, tutup kepala kaum nasionalis Turki atau petje dari bahasa Belanda, artinya topi kecil. Sementara nama kopiah, orang Islam Indonesia mengacu pada keffieh, kaffiyeh atau kufiya dari bahasa Arab. Artinya, tutup kepala juga, tetapi bentuknya tak seperti peci atau songkok. Peci atau kopiah barangkali agak dekat dengan kepi dalam bahasa Perancis. Bentuk kepi yang biasa dipakai militer Perancis agak mirip dengan kopiah yang kita kenal di Indonesia. Bedanya lebih bulat dan ada semacam kanopi di bagian depannya yang mirip topi. Sementara, istilah songkok, mengacu dari bahasa melayu dan Bugis. Di beberapa daerah di Indonesia dengan pengaruh Melayu dan Bugis, menyebut peci sebagai Songkok. Demikian pula di Malaysia dan ada peci, laki-laki di Indonesia terbiasa menutup kepala dengan ikat kepala. Tanpa tutup kepala, seorang laki-laki dianggap tak jauh beda dengan orang telanjang. Tutup kepala adalah bagian dari kesopanan. Menurut Rozan Yunos, dalam artikelnya The Origin of the Songkok or Kopiah di The Brunei Times 23/09/2007, peci diperkenalkan oleh pedagang-pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam. Rozan juga menyebut beberapa ahli berpendapat di Kepulauan Malaya peci atau kopiah ini sudah dipakai pada abad XIII. Setelah dipopulerkan para pedagang Arab itu, baru orang Malaysia, Indonesia dan Brunei mulai ramai dipakai di Indonesia setelah kain lebih mudah diperoleh. Pemakainya tak selalu berbaju resmi. Ada yang menggunakan peci meski bercelana pendek. Penggunanya pun bukan hanya dari kalangan berada, tetapi juga rakyat jelata. Zaman dahulu, ketika Raja Bone dijabat La Pawawoi lalu Andi Mappanyuki, Songkok Recca atau peci Bugis ini hanya dikenakan kain bangsawan. Sebuah foto zaman kolonial, memperlhatkan Raja La Pawawoi tengah mengenakan songkok ketika ditangkap pada 1905. Sementara lukisan diri Andi Mappanyuki pun memperlihatkan sosoknya tengah mengenakan songkok. Namun, dalam perkembangannya songkok tidak hanya digunakan oleh kalangan Raja Bone, tetapi juga rakyat biasa. Peci Bugis saat ini jadi bagian dari pakaian daerah Sulawesi biasanya terbuat dari kain beludru yang diberi rangka plastik padat agar tegak. Di Tanah Bugis, Peci tradisional mereka, terbuat dari pelepah daun lontar yang dipukul-pukul hingga menjadi serat, lalu dianyam. Peci ini disebut Songkok Recca. Ukurannya berbeda dengan peci yang dipakai secara nasional dalam forum resmi masa kini. Bukan Hanya Kaum MuslimDi Indonesia peci nyaris identik dengan Islam. Banyak tokoh Islam berfoto dalam keadaan berpeci. Jamaah-jamaah tokoh Islam pun juga pakai peci. Seejak abad XIII peci sudah diperkenalkan kepada orang Islam di Indonesia. Baru pada awal abad XX orang Islam di Indonesia beramai-ramai pakai peci. Dalam perjalanannya, peci dianggap sebagai identitas Islam. Padahal peci kecil dipakai juga oleh rabi-rabi pemuka agama Yahudi dan juga pemuka agama Katolik. Peci agak besar seperti fez Turki dipakai juga oleh orang-orang Kristen ortodok di sekitar Timur Tengah. Bahkan jilbab juga dipakai wanita-wanita kristen ortodok. Di Kampung Sawah, di mana orang-orang berkebudayaan Betawi beragama Kristen hidup, memakai peci bagi kaum laki-laki dan kerudung bagi perempuan adalah hal biasa. Perayaan Natal mereka kadang diisi dengan ondel-ondel juga. Mereka berusaha menunjukan Agama Kristen tidak membunuh budaya lokal. Itulah kenapa mereka masih berpeci Chepas, 'Sang Pemula' dalam Fotografi Indonesia, juga berpeci dalam sebuah foto dirinya yang dibuat tahun 1905. Kassian Chepas juga seorang kristen. Nama belakangnya, Chepas, adalah nama baptisnya. Chepas tentu bukan satu-satunya orang Kristen yang pakai peci. Peci sedemikian lekat dengan Islam, padahal tidak demikian. Walikota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, peci hitam atau kopiah merupakan penutup kepala khas Indonesia dan tidak ada hubungannya dengan agama Islam. Bagian dari SejarahPeci ikut mewarnai sejarah Indonesia. Banyak tokoh pergerakan nasional setelah tahun 1920an mengenakan peci. Muhammad Husni Thamrin, yang sejak 1927 terpilih sebagai anggota Volksraad Dewan Rakyat, menghadiri sidang dengan kepala tertutup peci. Kemungkinan, sejak kecil Thamrin sudah berpeci dan masih mempertahankan peci sebagai identitasnya hingga dia meninggal. Soekarno yang besar dalam budaya Jawa tentu beda dengan Thamrin yang besar dalam budaya Betawi, meski dia Indo. Sedari kecil, Soekarno terbiasa dengan blangkon atau tutup kepala khas Jawa. Begitu pun Bapak Bangsa sekaligus Bapak kos Soekarno, Hadji Oemar Said Cokroaminoto. Dalam film Guru Bangsa Tjokroaminoto 2015, Cokro sempat mempergunakan blangkon sebagai identitas yang diikuti banyak pengikutnya. Belakangan, baik Cokro maupun Soekarno pun berpeci. Blangkon mereka Ketua umum Sarekat Islam SI, kebiasaan Cokro tentu diikuti. Awalnya, SI hanya berkembang di Jawa saja. Belakangan, SI berkembang di wilayah di mana blangkon bukan tutup kepala lagi. Apalagi pengurus SI lain yang bernama Agus Salim pun orang Padang. Salim semasa muda juga kebarat-baratan. Belakangan, foto-foto Agus Salim kebanyakan berpeci. Setelah Indonesia merdeka, seorang pahlawan keturunan Belanda bernama Douwes Dekker pun pakai peci di masa tuanya. Ketika dia jadi menteri. Di masa lalu, dia tak berpeci. Peci tetap jadi tutup kepala yang umum. Meski tak resmi, Peci sering dipakai sebagai anggota Tentara atau laskar. Mereka tak memiliki baret atau helm baja untuk menutup kepala. Tentara Keamanan Rakyat TKR yang baru saja terbentuk pada 5 Oktober 1945, tak mampu sediakan baret dan helm baja. Jika ada yang memakai baret atau helm, itu seringkali hasil rampasan dari tentara musuh. Tak ada baret, para pahlawan Indonesia tetap terlihat gagah. Panglima Besar, Letnan Jenderal Soedirman pun juga berpeci seperti Soekarno. Dalam acara resmi, Soedirman lebih sering berpeci. Belum ditemukan ada foto Soedirman pakai baret. Itu bukan sesuatu yang ketinggalan zaman untuk ditiru. Ketika memeriksa barisan dalam apel partai Gerindra, Prabowo pun berpeci ketika berkuda. Mirip Panglima Besar Soedirman. Setelah tahun 1950, peci makin jarang digunakan anak muda. Tak seperti di tahun 1945. Hanya orang-orang tua atau tokoh masyarakat yang masih suka memakainya. Anak muda hanya berpeci ketika ke masjid atau ke acara keagamaan. Hingga usia senjanya, Soekarno terus memakai peci hitamnya. Peci membuat Soekarno terlihat gagah dalam foto-foto yang banyak beredar meski tubuhnya mulai ringkih dan kepalanya membotak. Barangkali sosok laki-laki Indonesia sejati adalah yang berpeci. Sosok Pitung yang diperankan Dicky Zulkarnaen dalam beberapa film tentang Pitung di tahun 1970an, digambarkan sebagai sosok pria berpakaian merah dan berpeci. Pakaian itu seperti tampilan jago-jago silat Betawi setelah Pitung terbunuh oleh Polisi kolonial di tahun 1893. Tentu saja, para pendekar anti kolonial pun belakangan juga berpeci. Sebut saja Soekarno, Agus Salim, Alimin, Cokroaminoto. Begitu juga tokoh betawi berdarah Inggris, Muhammad Husni Thamrin. Peci memang merupakan simbol kebangsaan. Sayangnya, peci kini hanya sekadar simbol. Menggunakan peci tak begitu saja membuat semua pemakainya menedalani keteladanan pendiri bangsa yang selalu menjaga diri dan menjadi panutan. Seperti Hatta dan Soekarno yang jauh dari korupsi. Apa yang terjadi sekarang adalah, sebagian besar pelaku kasus korupsi adalah orang-orang yang pernah berpeci dengan gagah. Nyaris tidak ada yang menjadikan peci sebuah tutup kepala penjaga kehormatan yang selalu mengingatkan dirinya sendiri untuk berlaku terhormat. - Humaniora Reporter Petrik MatanasiPenulis Petrik MatanasiEditor Nurul Qomariyah Pramisti
Cara Menggambar Orang dengan Mudah, dari Wajah Hingga Seluruh Badan. Loudia Mahartika. Diperbarui 04 Mar 2019, 11:01 WIB. Copy Link. 13. Perbesar. Menggambar orang (sumber: Rapidfireart) Liputan6.com, Jakarta Menggambar adalah salah satu pelajaran yang menyenangkan bagi sebagian orang. Sejak dini anak-anak telah diperkenalkan dengan kegiatan
Back217Size KiBEkstensi File jpgPanjang 830 pxTinggi 664 pxDetail Gambar Orang Pakai Peci Koleksi No. 15. Silahkan zoom untuk melihat ukuran gambar yang lebih besar dengan mengeklik ke arah gambar. File gambar ini memiliki lisensi tergantung dari penguploadnya berikanlah atribut kepada si pengupload gambar atau ke website ini untuk Gambar Orang Pakai Peci Koleksi No. 15 Download Gambar Discovershort videos related to cara gambar orang pakai peci on TikTok. Watch popular content from the following creators: Syam Putra Jatim(@syamputrajatim), Crystal_nathanael(@crystal_nathanael), saverio(@saverio0208), Fatih Kids Art(@fatihkidsart), ikan krispiii open komis(@crispyfish_30), Olivia Valent(@olivia.valent), Edi Sumarrna(@edisumarrna), Fatih Kids Art(@fatihkidsart), Katarie Art ArticlePDF Available Abstract and FiguresKopiah/peci sebagai bagian atribut busana kaum pria di Indonesia yang cukup populer, berkembang sebagai atribut busana resmi di kalangan pemerintah dan atribut busana keseharian masyarakat Indonesia yang puncaknya terjadi pada pertengahan abad ke-20. Kopiah/peci disepakati secara sosial sebagai salah satu atribut yang identik dengan bangsa Indonesia, meskipun asal usulnya bukanlah berasal dari kebudayaan Indonesia asli. Penelitian ini bertujuan mengungkap alasan kopiah/peci dapat diterima sebagai atribut busana yang identik dengan identitas bangsa Indonesia, penelitian dilakukan dengan metode kualitatif melalui pendekatan latar belakang sejarah dan perkembangan desain kopiah/peci yang bertransformasi mengikuti perubahan zaman dan menjadi sangat beragam di setiap daerah Indonesia. Layaknya atribut pelengkap berbusana, kopiah/peci juga mengalami pergeseran nilai dan fungsi dalam penggunaannya di masyarakat, hal tersebut tidak terlepas dari dinamika pergeseran mode/fashion yang terus terjadi. Menurut sebagian orang, cara pakai kopiah/peci dapat menjadi indikator sifat pribadi bersangkutan, mirip dengan cara berpakaian yang dapat menunjukan sifat dan status pemakainya. Konsep dasar dari desain kopiah/peci berbentuk oval dan berwarna hitam dengan tampilan yang sederhana, merupakan hasil pengembangan orang Indonesia dan mencerminkan pada budaya bangsa Indonesia yang rendah may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288 e-ISSN 2656-7334 Tersedia online di 31 Kopiah/Peci sebagai Salah Satu Atribut Identitas Bangsa Indonesia Dody Hadiwijaya 1 1. Desain Produk, FakultasTeknik dan Desain, Institut Teknologi Sains Bandung, Bekasi, Indonesia E-mail dodydp Abstrak Kopiah/peci sebagai bagian atribut busana kaum pria di Indonesia yang cukup populer, berkembang sebagai atribut busana resmi di kalangan pemerintah dan atribut busana keseharian masyarakat Indonesia yang puncaknya terjadi pada pertengahan abad ke-20. Kopiah/peci disepakati secara sosial sebagai salah satu atribut yang identik dengan bangsa Indonesia, meskipun asal usulnya bukanlah berasal dari kebudayaan Indonesia asli. Penelitian ini bertujuan mengungkap alasan kopiah/peci dapat diterima sebagai atribut busana yang identik dengan identitas bangsa Indonesia, penelitian dilakukan dengan metode kualitatif melalui pendekatan latar belakang sejarah dan perkembangan desain kopiah/peci yang bertransformasi mengikuti perubahan zaman dan menjadi sangat beragam di setiap daerah Indonesia. Layaknya atribut pelengkap berbusana, kopiah/peci juga mengalami pergeseran nilai dan fungsi dalam penggunaannya di masyarakat, hal tersebut tidak terlepas dari dinamika pergeseran mode/fashion yang terus terjadi. Menurut sebagian orang, cara pakai kopiah/peci dapat menjadi indikator sifat pribadi bersangkutan, mirip dengan cara berpakaian yang dapat menunjukan sifat dan status pemakainya. Konsep dasar dari desain kopiah/peci berbentuk oval dan berwarna hitam dengan tampilan yang sederhana, merupakan hasil pengembangan orang Indonesia dan mencerminkan pada budaya bangsa Indonesia yang rendah hati. Kata-kunci kopiah/peci, identitas bangsa, perkembangan desain, atribut busana, budaya. Informasi naskah Diterima 31 Mei 2019 Direvisi 31 Juli 2019 Disetujui terbit 04 Agustus 2019 Diterbitkan 07 Agustus 2019 Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 32 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tema Tema pada bahasan penelitian “Kopiah/Peci sebagai Salah Satu Atribut Identitas Bangsa Indonesia” ini mencoba mengkaji hubungan antara suatu desain dengan wacana identitas suatu bangsa. Terdapat beberapa nama lain dari kopiah, diantaranya adalah peci dan songkok. Kata kopiah berasal dari bahasa Arab kafiyah yang berubah menjadi kopiah/kopeah dalam bahasa Indonesia, sedangkan kata peci berasal dari bahasa Belanda pet yang berarti tutup kepala. Beragam nama tersebut kemudian merujuk pada satu bentuk tutup kepala yang berkembang menjadi salah satu atribut identitas Bangsa Indonesia. Gambar 1. Kopiah/peci dan “Bapak bangsa”. Sumber Dokumentasi pribadi dan Internet Kopiah/peci merupakan atribut bagian dari busana kaum pria di Indonesia yang penggunaannya sudah cukup populer semenjak awal abad ke-20. Penggunaan dan desain kopiah kemudian berkembang sebagai atribut busana resmi di kalangan pemerintah dan atribut busana keseharian masyarakat Indonesia yang puncaknya terjadi pada pertengahan abad ke-20, kopiah/peci kemudian disepakati secara sosial sebagai salah satu atribut busana yang identik dengan bangsa Indonesia. Saat ini penggunaan kopiah/peci di kalangan masyarakat dan pemerintahan tidak sepopuler dulu, tetapi kopiah/peci tetap digunakan pada ritual peribadatan kaum muslim di Indonesia, pada saat pelantikan pejabat pemerintahan, dan untuk keperluan fashion/mode. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki jenis dan desain kopiah/peci masing-masing. Gambar 2. Penggunaan kopiah/peci di Indonesia. Sumber Internet Berikut ini adalah beberapa kajian pustaka mengenai teori-teori tentang identitas bangsa yang diperoleh dari berbagai sumber − “Identitas nasional itu bukan sesuatu yang alamiah, yang sudah ada selama-lamanya seperti sering diutamakan oleh ideologi-ideologi nasionalis, tetapi merupakan sesuatu yang baru dapat dibayangkan dengan adanya teknologi sebagai pengedar gagasan bangsa sekaligus bukti untuk kemungkinannya tidak ada perbedaan karena merupakan satu komunitas.” Dikutip dari Ben Anderson dalam Martin Slama 1. Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 33 − “Pada setiap individu melekat berbagai identitas, tidak hanya identitas personal yang membedakan individu A dengan individu B. Individu A atau B juga memiliki identitas lain yakni identitas sosial, sebagai laki-laki, mahasiswa, lurah, atau identitas etnis bahkan kebangsaan seperti Indonesia. Identitas ini mengandung adanya perasaan memiliki suatu kelompok sosial bersama, melibatkan emosi dan nilai-nilai signifikan pada diri individu terhadap kelompok tersebut. Dalam identitas sosial, individu dipacu untuk meraih identitas positif kelompoknya. Dan dengan demikian, hal ini juga akan meningkatkan harga diri self-esteem individu sebagai anggota kelompok.” Dikutip dari Hogg, Michael A. & Abrams, Chapman dalam RR. Ardiningtiyas Pitaloka 2. − “National Identity .. that paradigm condition in which a mass of people have made the same identification with the national symbols - have internalized the symbols of the nation - so that they may act as one psychological group when there is a threat to, or the possibility of the enhancement of, these symbols of national identity.” Dikutip dari paper Group Identity And Nation Identity 3. Permasalahan Meskipun kopiah/peci dianggap sebagai salah satu atribut busana yang identik dengan identitas bangsa Indonesia dan hampir setiap daerah di Indonesia memiliki jenis kopiah/peci masing-masing, akan tetapi asal usulnya bukanlah berasal dari kebudayaan Indonesia asli, melainkan berasal dari kebudayaan luar yang masuk dan berakulturasi dengan kebudayaan Indonesia. Dari fenomena tersebut, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji − Mengapa dan bagaimana kopiah/peci dapat diterima serta diakui secara sosial sebagai atribut busana yang identik dengan identitas Bangsa Indonesia? − Bagaimana perkembangan desain kopiah/peci seiring perubahan zaman? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang sejarah terjadinya fenomena kopiah/peci yang menjadi salah satu atribut busana yang identik dengan identitas bangsa Indonesia, dan mengkaji nilai desain pada kopiah/peci melalui pendekatan socio historic research. Hipotesis awal yang dibangun penulis, bahwa kopiah/peci berkembang sebagai salah satu atribut identitas bangsa Indonesia dan memiliki desain yang berbeda pula di sebagian daerah di Indonesia. Desain yang berbeda berikut perkembangan yang terjadi diasumsikan karena dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial tertentu yang ada/muncul pada masyarakat saat itu. Metode Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif melalui pendekatan latar belakang sejarah socio historic research terhadap kehadiran dan perkembangan desain kopiah/peci seiring perubahan zaman. Data diperoleh dari berbagai sumber pustaka maupun Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 34 wawancara kepada ahli dan informan terpercaya. Analisis data dilakukan untuk menyimpulkan keterkaitan dua variabel penelitian secara interpretatif, yaitu perjalanan sejarah kopiah kajian historis, dan perkembangan desain kopiah kajian objek desain. 2. PEMBAHASAN DAN DISKUSI Perkembangan Sejarah Kopiah/Peci Peci/songkok/kopiah pertama kali berasal dari pengaruh kebudayaan luar seperti negara Turki, jazirah Arab, dan India yang masuk melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama Islam jaman dulu, bentuk awalnya tidak seperti kopiah/peci yang kita kenal saat ini. Gambar 3. Ragam penutup kepala asal usul kopiah/peci. Sumber Internet Sejarah kopiah/peci yang masuk melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama Islam, menyebabkan awal penggunaan kopiah/peci diidentikan dengan suatu kegiatan religius. Dalam agama Islam terdapat hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan ummat Islam untuk menggunakan penutup kepala saat melaksanakan ibadah ritual shalat, sehingga semakin kental citra kopiah/peci sebagai penutup kepala ummat Islam Indonesia yang digunakan dalam beragam aktifitas, khususnya ibadah ritual keagamaan Islam. Penggunaan kopiah/peci kemudian berkembang dengan bertambah fungsinya sebagai salah satu atribut busana resmi pemerintahan, atribut busana keseharian masyarakat dan keperluan mode/fashion yang penggunanya terdiri dari beragam elemen anak bangsa dengan latar belakang berbeda-beda. Desain dasar kopiah/peci berwarna hitam polos dengan bentuk sederhana yang kita kenal saat ini diperkirakan telah ada di Indonesia sekitar tahun 1907/1908, diciptakan di Bandung oleh ipar pemilik toko kopiah/peci M. Iming bernama pak Tayubi yang idenya berasal dari penggabungan kopiah Turki dan kopiah India, hal tersebut diasumsikan berdasar pada bentuk kopiah di Indonesia yang kita kenal saat ini. Pada tahun 1912, M. Iming mulai memproduksi kopiah/peci sendiri dengan mengembangkan bentuk dasar kopiah yang ditemukan oleh pak Tayubi. Perusahaan kopiah/peci M. Iming sendiri secara akta diresmikan keberadaannya tahun 1987. Semenjak tahun 1912 perusahaan tersebut telah dikelola oleh tiga generasi M. Iming. Gambar 4. Toko kopiah/peci M. Iming di Bandung. Sumber Dokumentasi pribadi Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 35 Menurut sebagian orang, cara pakai kopiah/peci dapat menjadi indikator sifat pribadi bersangkutan, mirip dengan cara berpakaian yang dapat menunjukan sifat dan status pemakainya. Menurut pemilik toko M. Iming yang saat ini juga memproduksi kopiah, cara pakai kopiah yang baik adalah posisi kopiah harus berada 1,5 cm di atas kuping. Gambar 5. Karakter dan cara pakai kopiah/peci. Sumber Internet Kepopuleran kopiah/peci mengalami puncaknya semenjak digunakan oleh Soekarno presiden RI ke-1 dan beberapa pejabat pemerintah saat itu sebagai atribut pakaian keseharian maupun resmi. Semenjak itulah kopiah/peci kemudian berkembang menjadi salah satu ikon identitas pribadi Soekarno dan bangsa Indonesia. Gambar 6. Aktivitas kepresidenan Soekarno. Sumber Internet Penggunaan kopiah/peci semenjak tahun 1912 menyebar hampir ke seluruh Indonesia dan daratan melayu lainnya, terutama setelah digunakan oleh Presiden Soekarno. Desainnya kemudian berkembang sesuai dengan kebudayaan setempat, contohnya adalah kopiah di Indonesia berwarna hitam polos sedangkan di Malaysia memakai motif bunga pada sisi samping kopiah. Perkembangan desain kopiah/peci menjadi sangat beragam di setiap daerah, disesuaikan dengan nilai sosial yang dianut masyarakat setempat. Meskipun kopiah/peci diidentikan dengan identitas bangsa Indonesia, pada nyatanya penggunaan kopiah di Indonesia saat ini mengalami penurunan fungsi dengan hanya menjadi atribut religius dan pemerintahan saja. Masyarakat sudah enggan menggunakan kopiah/peci sebagai atribut berbusana keseharian karena dianggap kuno, terkecuali penggunaan kopiah untuk keperluan mode/fashion. Hal tersebut sedikit berbeda bila dibandingkan dengan daratan Melayu lainnya, yang meskipun terjadi penyusutan fungsi tetapi mereka tetap bangga mengenakan kopiah sebagai atribut busananya, bahkan terkesan sudah membudaya. Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 36 Perkembangan Desain Kopiah/Peci Bentuk kopiah di jazirah Arab lebih bulat dan biasanya dipadukan penggunaannya dengan sehelai kain membentuk sorban. Kopiah di Turki berbentuk bulat tabung mengecil ke atas. Kopiah di India berbentuk mirip dengan kopiah di Indonesia, namun berbeda warna, material dan detail. Gambar 7. Sorban, kopiah India, dan kopiah Turki. Sumber Internet Tahun 1907/1908, Tayubi mengembangkan desain awal kopiah berwarna hitam polos dengan bentuk sederhana yang idenya merupakan penggabungan bentuk kopiah Turki dan kopiah India. Hal tersebut dapat kita lihat berdasarkan bentuk yang mirip dengan kopiah India dan material yang mirip dengan kopiah Turki. Semenjak tahun 1912, M. Iming mengembangkan desain dasar kopiah yang ada di Indonesia dengan sudah mempertimbangkan aspek desain terkait, yaitu aspek ergonomi, aspek estetis, dan aspek teknis dengan mengubah bentuk oval bagian atas, serta mengubah derajat kemiringan kopiah pada bagian samping dan depan agar kopiah menutupi dahi hingga bagian belakang kepala tanpa ada celah terbuka. Bentuk kopiah seperti ini disinyalir dapat memunculkan kesan yang lebih baik pada pemakainya. Pemilihan warna gelap diputuskan dengan pertimbangan agar tidak terlihat cepat kotor. Penggunaan material kain keras dan plastik serta motif jahitan dipilih bertujuan untuk menguatkan konstruksi bentuk kopiah, sedangkan warna pada bagian dalam kopiah dipilih dengan pertimbangan estetika. Melalui pendekatan aspek desain tersebut, kualitas kopiah menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Terdapat tiga model produk kopiah/peci M. Iming, yaitu kopiah hitam polos, kopiah Bandung dan kopiah Brunei. Penggunaan motif dan pemberian nama produk kopiah/peci M. Iming ditujukan untuk perkembangan mode saja tanpa tujuan menunjukan identitas tertentu, kecuali untuk model kopiah Brunei. Gambar 8. Model kopiah/peci merk Sumber Dokumentasi pribadi Bentuk dasar kopiah/peci di Indonesia pada awalnya ada dua, yaitu papak dan susun. Bentuk papak bertahan sampai sekarang sedangkan bentuk susun sudah tidak diproduksi lagi karena kurang peminatnya. Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 37 Gambar 9. Kopiah model papak dan susun. Sumber Dokumentasi pribadi Saat ini kopiah/peci di Indonesia berwarna hitam polos dan dibedakan berdasarkan ukuran tingginya, yaitu dimulai dari 7 cm hingga 13 cm, dengan tinggi kopiah pada umumnya sekitar 9 atau 10 cm. Pemilihan ukuran tinggi kopiah tergantung selera pemakai, bahkan ada salah satu pesantren di Cianjur dan Jawa Tengah yang mengkaitkan ketinggian ilmu agama yang dikuasai berbanding lurus dengan tinggi kopiah/peci yang dipakai, sehingga perusahaan M. Iming pernah mengerjakan pesanan kopiah yang mencapai tinggi 16 cm, di pasaran sendiri terdapat kopiah dengan tinggi hingga mencapai 30 cm. Gambar 10. Beberapa ukuran tinggi kopiah/peci. Sumber Dokumentasi pribadi dan Internet Desain kopiah/peci mengalami perkembangan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Desain kopiah menjadi sangat beragam dari segi material, corak, motif dan warna yang menunjukan kekhasan daerah masing-masing dan disesuaikan dengan nilai sosial daerah setempat. Namun demikian, pada umumnya desain kopiah tetap mempertahankan bentuk dasar kopiah. Gambar 11. Ragam contoh jenis kopiah/peci di Indonesia. Sumber Internet Fungsi kopiah saat ini sudah merambah ke dunia mode/fashion. Penggunaan material, corak motif, dan warna tidak lagi ditujukan untuk menampilkan identitas daerah tertentu, melainkan hanya ditujukan sebagai penggayaan saja. Gambar 12. Kopiah/peci untuk dunia mode. Sumber Dokumentasi pribadi dan Internet Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 38 Tinjauan Desain Kopiah di Indonesia Meskipun kopiah bukan berasal dari kebudayaan Indonesia, tetapi penggunaannya sudah sangat merata pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Kopiah/peci berbentuk oval dengan warna hitam polos merupakan hasil karya orang Indonesia, diciptakan di kota Bandung yang ide dasarnya adalah penggabungan bentuk kopiah Turki dan kopiah India. Analisis konsep dasar perubahan desainnya meliputi aspek ergonomi, estetis, dan teknis; yaitu, mengubah bentuk oval bagian atas serta derajat kemiringan kopiah pada bagian samping dan depan agar menutupi dahi hingga ke bagian belakang kepala tanpa celah terbuka, menguatkan citra positif pemakainya melalui penyempurnaan bentuk kopiah, memilih warna yang tidak cepat terlihat kotor karena kopiah adalah atribut busana yang kerap digunakan di dalam maupun luar ruangan, menggunakan material kain keras dan plastik serta motif jahitan sebagai penunjang konstruksi bentuk dan kekuatan, memilih warna pada bagian dalam kopiah sebagai pertimbangan elemen estetis, dan lain sebagainya. Pertimbangan aspek desain ini menghasilkan kopiah dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Konsep dasar desain kopiah yang sederhana mencerminkan pada budaya bangsa Indonesia yang rendah hati. Pada awal terciptanya hingga jaman Soekarno, kopiah digunakan dalam ritual keagamaan dan aktivitas keseharian masyarakat umum saja. Kepopuleran kopiah mencapai puncaknya setelah presiden Indonesia ke-1 Soekarno menggunakan kopiah pada hampir seluruh aktivitasnya baik di dalam maupun luar negri, sehingga citra kopiah kemudian melekat pada identitas diri Soekarno, sedangkan Soekarno sangat identik sebagai pemimpin bangsa Indonesia yang berpengaruh saat itu. Pejabat pemerintahan yang lain pun kerap terlihat memakai kopiah pada setiap aktivitas kenegaraan. Pada perkembangan selanjutnya, kopiah mulai disepakati secara sosial bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia. Semenjak era pemerintahan Soekarno kopiah kemudian mulai dipakai sebagai atribut resmi pemerintahan, sehingga semakin lekatlah citra kopiah sebagai identitas bangsa Indonesia. Selain uraian di atas, beberapa aspek yang turut mempengaruhi perkembangan sejarah kopiah diantaranya adalah aspek agama, politik, sosial, dan sejarah. Berikut penjelasan mengenai keterkaitan aspek-aspek tersebut − Aspek agama Kata kopiah berasal dari bahasa Arab kafiyah yang berubah ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu terdapat hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan agar umat Islam mengenakan tutup kepala saat melakukan ibadah ritual Shalat. − Aspek politik Latar belakang Soekarno menggunakan kopiah/peci adalah ingin menunjukkan identitasnya sebagai bangsa Indonesia saat beliau tengah belajar di Belanda setelah menerima beberapa masukan dari pemuka-pemuka politik dunia. Beberapa pemimpin politik sebelum jaman Soekarno seperti misalnya Agus Salim sebagai ketua Syarekat Islam yang didirikan pada tahun 1915 juga mengenakan kopiah/peci sebagai Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 39 atribut busananya. Penggunaan kopiah/peci dewasa ini terkait dengan atribut politik tidak hanya didominasi oleh kalangan politikus Islam saja, bahkan kalangan politikus non-muslim pun tidak segan mengenakannya saat bersafari politik untuk meraup suara mayoritas ummat Islam Indonesia. − Aspek sosial Kopiah/peci berbentuk oval dan berwarna hitam yang umum digunakan di Indonesia, dapat digolongkan pada salah satu hasil local genius Indonesia karena merupakan hasil inovasi karya anak bangsa. − Aspek sejarah Sejak organisasi Budi Utomo lahir tahun 1908, ketua dan beberapa anggotanya yang berasal dari kalangan priyayi memiliki ciri khas memakai blangkon. Sebagian anggotanya yang berasal dari kalangan santri ingin memiliki ciri khas sendiri, dan memutuskan menggunakan kopiah sebagai pengganti blangkon. Selain hal di atas, diasumsikan terdapat perbedaan pandangan sikap berpolitik antara orang Jawa dengan orang Priangan dalam organisasi tersebut. Orang Jawa memiliki pola pikir “mengembalikan kejayaan Majapahit“ sedangkan orang Priangan tidak. Akibatnya timbul semacam sentimen berbeda antar satu dengan lainnya yang memicu pencarian identitas oleh orang Priangan agar berbeda dengan orang Jawa. 3. KESIMPULAN − Kopiah/peci bukan berasal dari kebudayaan Indonesia, tetapi desainnya kemudian berkembang. Penyebaran serta penggunaan kopiah sudah merata pada sebagian besar masyarakat Indonesia. − Kopiah/peci berbentuk oval dengan warna hitam polos dan bentuk yang sederhana merupakan hasil inovasi karya orang Indonesia. − Faktor pendorong awal terciptanya desain dasar kopiah di Indonesia dirujuk dari teori identitas bangsa yang didapatkan, salah satunya adalah efek psikologis individu yang merupakan suatu bagian kelompok/bangsa yang membutuhkan kesamaan identitas melalui simbol. Simbol tersebut dapat menimbulkan kesamaan reaksi dalam kelompok/bangsa saat menyikapi keadaan tertentu. Simbol sebagai identitas kelompok/bangsa dapat diciptakan seiring perkembangan teknologi. Efek psikologis tersebut dapat disadari maupun tidak oleh setiap individu. − Aspek dasar konsep perubahan desain kopiah/peci adalah aspek teknis, aspek ergonomi, dan aspek estetis. − Konsep dasar desain serta hasil akhir kopiah/peci bentuk dan warna yang sederhana mencerminkan pada budaya bangsa Indonesia yang rendah hati. − Kopiah/peci menjadi populer setelah sering dipakai oleh Soekarno, karenakan citra kopiah yang melekat pada dirinya. citra Soekarno sangat melekat sebagai pemimpin bangsa Indonesia sehingga muncul kesepakatan sosial secara luas bahwa kopiah/peci hitam polos identik dengan identitas bangsa Indonesia. Dody Hadiwijaya / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN 2656-7288, e-ISSN 2656-7334 40 − Kepopuleran kopiah/peci terkait dengan Soekarno. Dirujuk dari teori identitas bangsa bahwa dalam seorang individu terdapat dua identitas, yaitu identitas dirinya dan identitas sosial/kelompok. Keadaan saling mempengaruhi keduanya tergantung peranan individu di dalam kelompok tersebut. Identitas mengandung perasaan saling memiliki, emosi dan nilai signifikan dalam individu terhadap kelompok. Dalam identitas sosial, individu dipacu untuk meraih identitas positif kelompoknya, dengan demikian hal ini akan meningkatkan harga diri self-esteem individu sebagai anggota kelompok. − Beberapa aspek yang turut mempengaruhi perkembangan sejarah kopiah/peci di Indonesia adalah aspek agama, politik, sosial, dan sejarah. 4. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Imam Buchori Zainuddin selaku nara sumber tentang berbagai teori desain dan teori identitas kebangsaan; Bapak M. Hatta AS., Ibu Anna, Ibu Ela, Ibu Riena, Ibu Neni, dan Bpk. Eman, selaku penerus pemilik dan karyawan toko peci M. Iming; Erwin Alfian, yang telah memperkenankan tulisannya dijadikan salah satu rujukan penelitian. 5. DAFTAR PUSTAKA 1 Anderson, Ben. 1991. Imagined Communities, cetakan kedua dengan bab-bab baru, dalam Martin Slama, Kacamataku dan kacamatamu Menguji teori secara pragmatis, 2 Hogg, Michael A. & Abrams, Chapman 1988. Social identifications a social psychology of intergroup relations and group processes. New York Routledge, dikutip oleh RR. Ardiningtiyas Pitaloka, 3 Group Identity and Nation Identity. Paper presented at conference of European Sociobiological Society, Moscow 1998. 4 Alfian, Erwin. 1996. Aplikasi Rata Wibawa, STSI. 5 ... Kopiah atau peci merupakan atribut bagian dari busana kaum pria di Indonesia yang mulai populer di awal abad ke-20 M. Peci kemudian berkembang sebagai atribut busana resmi di kalangan pemerintah, dan atribut busana keseharian masyarakat Indonesia yang puncaknya terjadi pada pertengahan abad ke-20 M. Peci kemudian disepakati secara sosial sebagai salah satu atribut busana yang identik dengan bangsa Indonesia Hadiwijaya 2019. Peci dalam kebudayaan Indonesia mencerminkan banyak hal, di antaranya sebagai simbol pergaulan yang setara dan sederhana. ... Nurul Adliyah PurnamasariNisan arca adalah salah satu produk budaya material dari masa Islam di wilayah administratif Sulawesi Selatan. Nisan arca di kawasan etnik Makassar, yang berada di Kabupaten Bantaeng, Jeneponto dan Maros, menunjukkan morfologi dan ciri antropomorfik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah periode penggunaan dan kandungan maknanya. Penelitian ini ditujukan untuk memahami makna yang dikandung oleh nisan arca, dengan menjawab permasalahan-permasalahan mengenai kronologi nisan arca di Kawasan etnik Makassar dan identitas budaya Makassar. Data penelitian ini dilandasi oleh hasil analisis morfologi nisan dari penelitian terdahulu, kemudian pada penelitian ini dilanjutkan dengan analisis historis dan etnografis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan nisan arca dilatarbelakangi oleh tradisi pra-Islam yang masih terpelihara di tengah-tengah masyarakat Makassar, yang dalam perkembangannya mengalami pembauran dengan budaya Islam yang hadir pada periode selanjutnya. Nisan arca budaya Makassar mengandung simbol-simbol budaya sebagai identitas bagi masyarakat penggunanya, yaitu kebangsawanan atau stratifikasi sosial, religiusitas, pengharapan, penghormatan dan kebanggaan, serta intelektualitas. An effigy gravestone is one among the products of material culture from the Islamic period in the administrative area of South Sulawesi. The effigy gravestone in the Makassar ethnic regions of Bantaeng, Jeneponto, and Maros, present different morphological and anthropomorphic characteristics from one another. This difference is influenced by several factors, including the period of use and significance. This study aims to understand the significance of effigy gravestones by recognising the chronology of the gravestones in the Makassar ethnic regions, and within the Makassar cultural identity. The data of this study are based on the results of the morphological analysis of the gravestones from previous studies, and this research is continued with historical and ethnographic analysis. The results of this study indicate that the existence of the effigy gravestones is motivated by pre-Islamic traditions that are still preserved in Makassar society, which in its development experienced assimilation with the Islamic culture that was present in the later period. The Makassar effigy gravestones contain cultural symbols as identities of the people who use them, nobility or social stratification, religiosity, hope, respect and pride, and intellect.... There are similarities in the two tweets discussed above, namely both using a black cap. Black skullcap is a religious symbol for those who use it [52], [53]. The success team uses a person's black cap to identify himself or others as a religious figure. ...This article discusses religious and religious symbols narrated as political commodities in the 2019 presidential election on the twitter platform. The battle for narratives in the 2019 Indonesian presidential election was colored by the use of these issues on social media, this has led to increased sensitivity between religions and increasing issues of intolerance. For this reason this research has been conducted to investigate the categories of political messages narrated in tweets during the seven months of the 2019 presidential election campaign. Twitter, which was published on 23 September 2018 to 13 April 2019. based on the findings of this study, it shows that the success team of the two candidate pairs in narrating religious symbols and religious symbols is divided into 6 message categories. The message categories are Commodification of Religious Greetings, Clothing as a Religious Symbol, Title as a Religious Symbol, Salat and Nyekar as Political Commodities, An Expression of Gratitude as Political Commodities, House of Worship as a Place for Political Campaign.... Here, sometimes there is acculturation, giving rise to Islamic practices characterized by local culture. Praying wearing a national cap is seen as not against the teachings of prayer Hadiwijaya, 2019. There is a context of honor muru'ah there Prasojo, Elmansyah, & Haji Masri, 2019. ... Dody sobandi TrunaThis study discusses how religious development in Indonesia has resulted in switching the function of purity to non-purity in religious practices. Using a phenomenological approach, this review finds that some Muslims maintain their purity for various reasons, but some mix their beliefs with the local culture. This situation leads to the following study on a macro scale about Islam's indigenization in Indonesia's cultural landscape. This study found a relatively high cultural acculturation between Islam as a global religion and local Indonesian culture. The community reinforces this acculturation by promoting traditional leaders and the need for a sense of security that has been embedded in local Br SembiringFauziana IzzatiPutri DahliaPropinsi Aceh kaya akan berbagai kerajinan tradisional serta masih memuat nilai-nilai sejarah. Banyak hasil kebudayaan Aceh yang tidak terlepas dari nuansa Islami, salah satu contoh dalam seni rupa adalah kupiah riman yang digunakan oleh kaum laki-laki Aceh. Sampai saat ini kerajinan kupiah riman masih diproduksi di Kabupaten Pidie. Kupiah riman memiliki ciri khas motif tradisional Aceh, seperti motif pinto Aceh, bungong kupula, bungong jeumpa,dan lain-lain. Kekayaan alam yang terdapat di daerah Pidie dapat menjadi sumber inspirasi dalam rangka memperkenalkan daerah tersebut melalui kreativitas, salah satunya adalah melalui pengembangan desain motif pada kupiah riman yang biasanya digunakan oleh kaum laki-laki di daerah tersebut. Penelitian karya seni ini bertujuan agar masyarakat dapat mengenal ragam hias sebagai ciri khas Kabupaten Pidie yang berangkat dari hasil kekayaan alam dan kebudayaan masyarakat setempat. Penelitian ini akan menggunakan teori tata kelola desain Victor Papanek yaitu metode, kegunaan, kebutuhan, telesis, asosiasi dan estetika untuk mengembangkan desain motif kupiah riman. Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai kupiah riman. Hal ini juga berpengaruh terhadap industri kerajinan kupiah riman yang ada di Kabupaten Pidie karena diharapkan melalui penelitian ini produk kupiah riman serta hasil kekayaan alam daerah Pidie semakin dikenal melalui pengembangan cultural artefacts such as the cap peci, Koko shirt, turban, sarong, or the diction of ustadz and Islamic boarding schools are part of the power dynamics in the late 2021 and early 2022 abuse cases. This research aims to interpret the da'wah communication messages implied in religious cultural artefacts, as well as dismantle and restore the meaning of religious cultural symbols, in order to maintain and protect the degree of da'wah. A critical paradigm with a post semiotic hyper semiotic approach was used in the research. According to the findings of the study, the position of religious symbols in semiotics has noble values in the context of da'wah. However, it is an ideological tool for worshippers of desire to achieve their individual goals in the context of most semiotics. The artefact is shrouded in libido ideology. The authors' research bridges the problem of meaning, which is frequently generalised in everyday life, so that people can see clearly and wisely about this issue. Critical da'wah communication can help to develop this wisdom and Buchori Zainuddin selaku nara sumber tentang berbagai teori desain dan teori identitas kebangsaanUcapan Terima Kasih Penulis Mengucapkan Terimakasih Kepada ProfUCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Imam Buchori Zainuddin selaku nara sumber tentang berbagai teori desain dan teori identitas kebangsaan; Bapak M. Hatta AS., Ibu Anna, Ibu Ela, Ibu Riena, Ibu Neni, dan Bpk. Eman, selaku penerus pemilik dan karyawan toko peci M. Iming;Ds. yang telah memperkenankan tulisannya dijadikan salah satu rujukan penelitianS Erwin AlfianM DsErwin Alfian, yang telah memperkenankan tulisannya dijadikan salah satu rujukan Communities, cetakan kedua dengan bab-bab baru, dalam Martin Slama, Kacamataku dan kacamatamu Menguji teori secara pragmatisBen AndersonAnderson, Ben. 1991. Imagined Communities, cetakan kedua dengan bab-bab baru, dalam Martin Slama, Kacamataku dan kacamatamu Menguji teori secara pragmatis, Rata Wibawa, STSIErwin AlfianAlfian, Erwin. 1996. Aplikasi Rata Wibawa, STSI. Unduh dan gunakan 300.000+ foto stok Siluet Pria secara gratis. Ribuan gambar baru setiap hari Sepenuhnya Gratis untuk Digunakan Video dan gambar berkualitas tinggi dari Pexels. Foto. Jelajahi. Lisensi. Upload. Upload Gabung. siluet wanita bayangan hitam siluet. Foto Siluet Pria. Foto 379,3 Ribu Video 92,3 Ribu Pengguna 741. Peci menjadi salah satu pelengkap pakaian muslim bagi pria yang sangat umum digunakan di Indonesia. Penutup kepala ini digunakan mengikuti Rasulullah yang menggunakan serban untuk melindungi kepala dari panas dan debu. Peci di berbagai negara memiliki berbagai bentuk dan jenisnya. Di Indonesia sendiri kita juga sering melihat berbagai macam jenis peci yang sering kamu saat ini belum tahu jenis-jenis peci apa saja yang sering ditemui, IDN Times rangkum sepuluh jenis-jenis peci yang wajib pria tahu di bawah ini lho, Bro. Yuk, lanjut baca Peci hitam polos, merupakan peci yang paling umum dipakai pria dengan desain polos sehingga cocok dipadukan dengan berbagai pakaian muslimPeci hitam polos Peci motif bordir, dengan berbagai macam hiasan yang terbuat dari benang bordir pada peci ini terlihat menarik dipakaiPeci motif bordir unsplash/Mufid Majnun3. Peci rajut, memiliki bentuk yang khas karena benang-benang rajutnya sebagai pembentuk keseluruhan peciPeci rajut 4. Beanie hat, juga sering disebut kupluk dapat digunakan sebagai peci yang sekaligus bisa melindungi dari udara dinginPeci beanie unsplash/Red Hat Factory5. Miki hat, penutup kepala yang sekilas mirip snapback namun tanpa lidah ini juga sering dipakai sebagai peci dengan tampilan yang modernMiki hat Baca Juga Kupiah Meukutop, Peci Khas Aceh yang Kini Jadi Tren 6. Peci cap, mirip dengan miki hat namun ukurannya dapat diatur menyesuaikan ukuran kepala kita mirip seperti menggunakan topi biasaPeci cap 7. Pakol, peci khas negara Afganistan dan Pakistan juga sering dipakai para umat muslim di Indonesia lhoPeci pakol Tubeteika, peci khas negara Uzbekistan dengan desain agak meruncing di bagian atasnya sehingga terlihat unikTubeteika flickr/Alan Cordova9. Peci putih, sering juga disebut peci haji karena cocok dipadukan dengan pakaian ihram yang serba putihPeci putih pixabay/Konevi10. Peci batik, memadukan budaya khas Indonesia peci ini memberikan corak batik yang menarik bangetPeci batik Sebagai pelengkap atribut ibadah buat para pria muslim, ternyata jenis peci gak hanya satu saja lho. Di antara sepuluh peci ini, mana yang paling kamu suka, Bro? Baca Juga 10 Rekom Merek Peci Hitam Terbaik, Cocok untuk Ibadah dan Beraktivitas IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.