InteraksiManusia Dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan Sosial Budaya. Team Redaksi. 4 Agustus 2020. KABARPANDEGLANG.COM – Indonesia terdiri dari banyak sekali duku. Indonesia dikenal dengan bangsa yang majemuk, dimana semua suku, ras, agama dan budaya ada di Indoensia. Semua bersatu dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, perbedaan bukan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari penggunaan handphone terhadap interaksi sosial remaja, studi kasus siswa kelas IX SMPN 12 Poleang Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas penggunaan handphone tinggi mencapai 3-7 jam perhari. WhatsApp, tiktok dan facebook merupakan tiga aplikasi yang paling sering diakses oleh siswa. Penggunaan ini memberikan dampak positif seperti mendapatkan pengetahuan luas, mempermudah komunikasi dan melatih kreativitas anak. Akan tetapi, penggunaan tanpa adanya kontrol dari orangtua memberikan dampak negatif diantaranya ancaman pornoaksi akibat mengikuti konten yang sedang viral, membuat atau sekadar membagikan gambar yang tidak pantas di grup-grup whatsApp kelas, menjadikan remaja lebih individualis, menjadikan hubungan interaksi sosial yang tercipta baik antar teman sebaya, hingga guru dan orang tua cenderung kurang sopan, dan membuat remaja kurang peka terhadap lingkungan sekitar Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pendidikan Indonesia p-ISSN 2745-7141 e-ISSN 2746-1920 Vol. 4 No. 01 Januari 2023 Doi 86 DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA STUDI KASUS SISWA KELAS IX SMPN 12 POLEANG BARAT Ramang UIN Alauddin Makassar, Indonesia ramang121 Diterima 02-12-2022 Direvisi 10-12-2022 Disetuji 05-01-2023 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari penggunaan handphone terhadap interaksi sosial remaja, studi kasus siswa kelas IX SMPN 12 Poleang Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas penggunaan handphone tinggi mencapai 3-7 jam perhari. WhatsApp, tiktok dan facebook merupakan tiga aplikasi yang paling sering diakses oleh siswa. Penggunaan ini memberikan dampak positif seperti mendapatkan pengetahuan luas, mempermudah komunikasi dan melatih kreativitas anak. Akan tetapi, penggunaan tanpa adanya kontrol dari orangtua memberikan dampak negatif diantaranya ancaman pornoaksi akibat mengikuti konten yang sedang viral, membuat atau sekadar membagikan gambar yang tidak pantas di grup-grup whatsApp kelas, menjadikan remaja lebih individualis, menjadikan hubungan interaksi sosial yang tercipta baik antar teman sebaya, hingga guru dan orang tua cenderung kurang sopan, dan membuat remaja kurang peka terhadap lingkungan sekitar. ABSTRACT This study aims to determine the impact of cellphone use on adolescent social interaction, a case study of 9th grade students of SMPN 12 West Poleang. This research uses a descriptive qualitative approach with a case study method. The results showed that the intensity of cellphone use is high, reaching 3-7 hours per day. WhatsApp, tiktok and facebook are the three applications most frequently accessed by students. This use has a positive impact such as gaining broad knowledge, facilitating communication and training children's creativity. However, use without parental control has a negative impact including the threat of pornography due to following viral content, creating or simply sharing inappropriate images in class WhatsApp groups, making adolescents more individualistic, making social interaction relationships created both among peers, to teachers and parents tend to be less polite, and making adolescents less sensitive to the surrounding environment. *Author Ramang Email ramang121 Kata kunci Remaja; Dampak Penggunaan handphone; Interaksi Sosial Keywords Teenagers; Impact of cell phone use; Social interaction Pendahuluan Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia akan berusaha untuk melakukan interaksi dengan manusia lainnya Azmi, 2018. Jarang sekali atau bahkan hampir tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Maka dari itu, interaksi sosial sangatlah penting. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan teknologi, pola interaksi sosial juga ikut mengalami perubahan. Tidak ada lagi hambatan ruang dan waktu, semua bisa diatasi dengan interaksi melalui media sosial seperti whatsApp dan facebook. Akan tetapi, disisi lain penggunaan teknologi yang semakin meningkat justru menurunkan intensitas interaksi sosial. Interaksi yang pada awalnya dilakukan secara langsung Ramang Jurnal Pendidikan Indonesia Japendi, Vol. 4 No. 01 Januari 2023 87 tatap muka kini mulai digantikan menjadi interaksi dengan handphone. Perubahan dalam pola interaksi sosial tersebut menghasilkan pola sikap yang menjadi lebih individualis. Dampak di atas juga menjangkau kalangan pelajar SMP atau remaja pada umumnya. Remaja yang dalam tahap perkembangannya memerlukan interaksi sosial yang berkualitas, justru mengalami hambatan karena kemerosotan kualitas intersaksi sosial Jamun et al., 2019. Banyak waktu dipakai untuk bermain handphone. Interaksi sosial langsung semakin berkurang. Interaksi sosial didefinisikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu seseorang dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok Khairul Anwar & Taufik, 2016. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial merupakan suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari–hari Mundiasari, 2022. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Menurut Maradjabessy et al., 2019, interaksi sosial merupakan bentuk-bentuk yang kelihatan apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia menghadirkan hubungan satu sama lain terutama dengan mengutamakan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Lebih lanjut menurut Bewu et al., 2020, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara perorangan seperti hubungan ibu dan anak, antara kelompok-kelompok seperti anggota kelas yang satu dengan kelas yang lain, maupun antara orang perorangan dengan kelompok seperti guru dan muridnya Di et al., 2021. Interaksi sosial yang dianggap paling ideal adalah secara tatap muka langsung. Interaksi tatap muka lebih memungkinkan suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung. Pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi didalamnya Aziz & Nurainiah, 2018. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu 1 Adanya kontak sosial social-contact. Kontak sosial merupakan bertemunya dua pihak atau lebih secara fisik, baik tanpa alat langsung maupun dengan alat tidak langsung. 2 Adanya komunikasi, komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi upaya saling mempengaruhi antara keduanya. Proses komunikasi ada dua bentuk yakni verbal dan non verbal. Komunikasi verbal menggunakan lisan dan tulisan. Sedangkan non verbal menggunakan simbol-simbol, misalnya gestur tubuh dan bahasa isyarat. Aspek-aspek interaksi sosial digolongkan menjadi tiga aspek, yaitu 1 kontak sosial yaitu menjalin hubungan akrab, 2 individu akan terlibat dalam kegiatan kelompoknya dan mau menyumbangkan ide bagi kemajuan kelompoknya, dan 3 frekuensi hubungan dalam kelompoknya Bewu et al., 2020. Ramang Jurnal Pendidikan Indonesia Japendi, Vol. 4 No. 01 Januari 2023 88 Interaksi sosial di lingkungan sekolah dapat berlangsung antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau tenaga kependidikan lainnya. Kualitas interaksi sosial pelajar SMP sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain intensitas interaksi sosial tersebut Pauziah, 2022. Penelitian ini hendak mendeskripsikan dampak pemakaian handphone terhadap interaksi sosial pelajar SMPN 12 Poleang Barat. Penelitian dilatar belakangi oleh penggunaan handphone yang semakin canggih di kalangan remaja khususnya pelajar SMP di kabupaten Bombana. Dalam hal ini, peneliti hendak menggali dampak penggunaan handphone terhadap kualitas interaksi remaja. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif metode studi kasus Rukin, 2019 menyatakan bahwa penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan terhadap objek yang disebut sebagai kasus, yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh, dan mendalam dengan menggunakan berbagai sumber data. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menekankan kedalaman konsep yang dikaji secara empiris. Tujuan menggunakan pendekatan kualitatif agar peneliti dapat meneliti masalah penggunaan handphone dan dampaknya pada interaksi sosial siswa SMPN 12 Poleang Barat. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam proses penelitian ini adalah angket dan wawancara. Pengisian angket atau kuisioner digunakan untuk mendapatkan data gambaraan umum kebiasaan dan intensitas penggunaan handphone oleh siswa. Sementara itu, wawancara digunakan untuk menggali secara mendalam dampak penggunaan handphone terhadap interaksi sosial siswa. Informan yang dipilih dalam wawancara ditentukan berdasarkan hasil analisis kuesioner. Data yang dihasilkan nanti berupa data deskriptif yang diperoleh dari observasi dan wawancara dari siswa dan orang tua siswa tersebut. Hasil Dan Pembahasan Hasil analisis penelitian penggunaan handphone tersaji pada gambaran data berikut Ramang Jurnal Pendidikan Indonesia Japendi, Vol. 4 No. 01 Januari 2023 89 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 46 responden, dapat diketahui 87% siswa sudah memiliki handphone sendiri dan sisanya 13% belum memiliki handphone sendiri masih memakai handphone milik bersama keluarga orang tua, saudara, dll. Rata-rata penggunaan handphone pada siswa SMPN 12 Poleang Barat termasuk kategori tinggi. Rata-rata per hari bisa mencapai 3-7 jam. Dari hasil wawancara dengan orang tua siswa yang mengatakan bahwa anaknya menggunakan handphone hingga berjam-jam terlebih ketika orang tua tidak berada di rumah atau sedang bekerja. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Saniyyah et al., 2021 yang menyatakan bahwa rata-rata anak mengunakan handphone 3-6 jam per hari. Hal ini menunjukkan intensitas penggunaan handphone termasuk kategori tinggi. Penggunaan tinggi yaitu pada intensitas penggunaan lebih dari 3 jam dalam sehari, penggunaan sedang yaitu pada intensitas penggunaan sekitar 3 jam dalam sehari, dan rendah yaitu pada intensitas penggunaan kurang dari 3 jam dalam sehari. Mengingat peraturan sekolah melarang siswa untuk membawa handphone ke sekolah, maka dapat dipastikan bahwa data penggunaan handphone di atas memperlihatkan intensitas pemanfaatan handphone di luar jam sekolah. Hampir sebagian waktu siswa di rumah dihabiskan menggunakan handphone. Adapun bentuk pemanfaatan handphone di kalangan siswa tersebut antara lain sebagai sarana komunikasi whatsApp 87%, sebagai media atau fasilitas belajar google 28,3%, dengan handphone juga siswa dapat berinteraksi sosial melalui media sosial seperti facebook 34,8%, instagram 28,3%, dan sebagainya. Handphone yang menjadi fasilitas yang multifungsi ini menawarkan berbagai kemungkinan pemanfaatan kepada penggunanya siswa. Selain sebagai media komunikasi interaksi sebagaimana disebutkan di atas, handphone juga menjadi sarana hiburan atau rekreasi tik-tok 65,2%, youtube 30,4% & game 17,4%. Hal ini ditunjang oleh aplikasi-aplikasi seperti audioplayer, digital camera, video player, berbagai model game online maupun offline, dan sebagainya. Dengan demikian, patut diduga bahwa intensitas pemakaian handphone yang cukup tinggi di kalangan siswa sekolah berkaitan dengan fungsi-fungsi yang ditawarkan handphone itu sendiri yang kian kompleks. Semakin kompleks aplikasi yang ada, semakin lama waktu yang akan dilewati seseorang bersama handphonenya. Ramang Jurnal Pendidikan Indonesia Japendi, Vol. 4 No. 01 Januari 2023 90 A. Dampak Penggunaan handphone terhadap Interaksi Sosial Penggunaan handphone tanpa adanya pengawasan orang tua memberikan dampak terhadap interaksi sosial yang terjadi, terutama pada lingkungan sekelilingnya dan dalam keluarga. Hasil observasi yang peneliti lakukan, penggunaan handphone lebih dari 3 jam tanpa adanya pengawasan dan kontrol dari orang tua memberikan pengaruh terhadap interaksi sosial remaja siswa SMPN 12 Poleang Barat. Pengaruh yang dihasilkan oleh penggunaan handphone di antaranya adalah ancaman pornoaksi akibat mengikuti konten yang sedang viral, membuat atau sekadar membagikan gambar yang tidak pantas di grup-grup Whatsapp kelas, menjadikan hubungan interaksi sosial yang tercipta baik antar teman sebaya, hingga guru dan orang tua cenderung kurang sopan, remaja lebih cenderung menyukai berkomunikasi melalui media dari pada berkomunikasi secara tatap muka langsung. Selanjutnya, handphone menjadikan remaja lebih individualis, handphone menjadikan remaja konsumtif dan handphone membuat remaja kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso, 2020 mengemukakan bahwa anak sekarang terlalu asik menggunakan gawainya, mereka akan terlena dan lupa dengan kebutuhannya sendiri yaitu belajar dan bersosialisasi pada lingkungan masyarakat Prayuda et al., 2020 yang menyatakan bahwa penggunaan handphone yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif anak. Selain itu, anak menjadi tidak peka dan tidak peduli terhadap lingkungan disekelilingnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara dengan anak dan orang tua bahwa anak cenderung kurang peka terhadap keluarganya. Anak akan mau melaksanakan jika diperintah saja, tidak dengan kesadaran dalam diri anak tersebut. Sedangkan dampak positif dari penggunaan handphone secara tepat dan terkontrol diantaranya mendapatkan pengetahuan luas dengan mencari informasi di google, mempermudah berkomunikasi dengan orang lain, bermain permainan yang mengasah otak. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, mereka bisa mengakses berbagai informasi melalui internet dan mencari materi pelajaran serta membantu mengerjakan tugas sekolah. Hal ini terkonfirmasi oleh hasil wawancara dengan orang tua yang menjelaskan jika anak mengalami kesulitan belajar, mereka akan membuka google untuk mendapat jawaban yang ingin diketahui Simanihuruk et al., 2019. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dilapangan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan pencatatan, peneliti menyimpulkan intensitas penggunaan handphone dari siswa kelas IX SMPN 12 Poleang Barat rata-rata penggunaan tergolong kategori tinggi. Penggunaan intensitas tinggi yaitu penggunaan handphone pada intensitas lebih dari 3 jam dalam sehari. Rata-rata siswa menggunakan handphone sehari mencapai 3-7 jam. WhatsApp, tiktok dan facebook merupakan tiga aplikasi yang paling sering diakses oleh siswa. Beberapa dampak positif dari penggunaan handphone ini adalah mendapatkan pengetahuan luas dengan mengakses berbagai informasi melalui internet dan media sosial, mempermudah komunikasi dengan orang lain, dan sarana hiburan seperti bermain game atau menonton video. Selain dampak positif, ada juga dampak negatif diantaranya ancaman pornoaksi akibat mengikuti konten yang sedang viral, Ramang Jurnal Pendidikan Indonesia Japendi, Vol. 4 No. 01 Januari 2023 91 menjadikan hubungan interaksi sosial yang tercipta baik antar teman sebaya, hingga guru dan orang tua cenderung kurang sopan, remaja lebih cenderung menyukai berkomunikasi melalui media daripada berkomunikasi secara tatap muka langsung. Interaksi sosial remaja siswa kelas IX SMPN 12 Poleang Barat secara umum masih dikategorikan baik. Dengan pendidikan dan didikan dari guru dan orang tua kepada anak, sikap menghormati orang lain, saling tolong menolong, sopan santun, mengucapkan terima kasih masih tetap terjalin. Namun, siswa kurang peka dan peduli terhadap orang disekelilingnya. Sehingga dampak dari penggunaan handphone terhadap interaksi sosial ini membuat anak kurang peka dan peduli. Ramang Jurnal Pendidikan Indonesia Japendi, Vol. 4 No. 01 Januari 2023 92 Bibliografi Aziz, M., & Nurainiah, N. 2018. Pengaruh penggunaan handphone terhadap interaksi sosial remaja di desa dayah meunara kecamatan kutamakmur kabupaten aceh utara. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, 42, 19–39. Azmi, S. 2018. Pendidikan Kewarganegaraan Merupakan Salah Satu Pengejawantahan Dimensi Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial, Susila, Dan Makhluk Religi. Likhitaprajna, 181, 77–86. Bewu, Y., Dwikurnaningsih, Y., & Windrawanto, Y. 2020. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Pada Siswa Kelas X Ips Sma Kristen Satya Wacana Salatiga. Psikologi Konseling, 152. Di, K. A. M. E. J., Dan, D. S. T., Gedung, M. E. L. D. D., & Tiga, W. K. M. 2021. Social Pedagogy Journal of Social Science Education. Jamun, Y. M., Wejang, H. E. A., & Ngalu, R. 2019. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Pola Interaksi Sosial Siswa Sma Di Kecamatan Langke Rembong. JIPD Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, 31, 1–7. Khairul Anwar, M., & Taufik, M. 2016. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial Pada Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Maradjabessy, M. F., Lasut, J. J., & Lumintang, J. 2019. Interaksi Sosial Forum Mahasiswa Kota Tidore Kepulauan di Kota Manado. HOLISTIK, Journal Of Social and Culture, 121. Mundiasari, K. 2022. POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN. Aktualita Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 12II. Pauziah, S. 2022. POLA INTERAKSI SISWA PENGGUNA GADGET DI MAN 2 KOTA BOGOR. Sosial Horizon Jurnal Pendidikan Sosial, 91, 35–45. Prayuda, R. A., Munir, Z., & Siam, W. N. 2020. Pengaruh Pemakaian Gadget Terhadap Perilaku Sosial Siswa di Sekolah Dasar Negeri Taal 01 Kecamatan Tapen Kab. Bondowoso. Jurnal Keperawatan Profesional, 81, 40–48. Rukin, S. P. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia. Saniyyah, L., Setiawan, D., & Ismaya, E. A. 2021. Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Perilaku Sosial Anak Di Desa Jekulo Kudus. Edukatif Jurnal Ilmu Pendidikan, 34, 2132–2140. Santoso, F. A. 2020. Dampak Penggunaan Gawai Terhadap Pembelajaran Siswa SD. Edukatif Jurnal Ilmu Pendidikan, 21. Ramang Jurnal Pendidikan Indonesia Japendi, Vol. 4 No. 01 Januari 2023 93 Simanihuruk, L., Simarmata, J., Sudirman, A., Hasibuan, M. S., Safitri, M., Sulaiman, O. K., Ramadhani, R., & Sahir, S. H. 2019. E-learning Implementasi, strategi dan inovasinya. Yayasan Kita Menulis. © 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution CC BY SA license ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PauziahAdvances in information technology, especially gadgets, have now entered all aspects of human life, if you pay attention at this time almost all walks of life have used gadgets, especially teenagers because they are considered to be able to affect the interaction patterns of users. The purpose of this research is to find out how the interaction patterns formed by students using gadgets are within the scope of student interactions in the school environment. This research method uses a qualitative case study approach. carried out at MAN 2 Bogor City from January to April 2022, the primary sources are students, data collection by observation and observasi and interviews is validated by triangulation of sources, analyzed through the stages of data collection, data reduction, data display and conclusion drawing. The results of this study indicate the interaction pattern of students using gadgets in MAN 2 Bogor city; interaction through media that is used as a tool to exchange information, focus on each gadget, individual interaction between groups, interactions that occur through online games, cooperation between friends through whatsapp groups, being alone individual.Rio Aditya PrayudaZainal MunirWiwin Nur SiamThe use of gadgets is one of the electronic media that influences social behavior, especially in absorption in interacting with social values. This study aims to analyze the Effects of the Use of Gadgets on Social Behavior of Students in Taal 1 Primary School, Tapen District, Bondowoso Regency. The research design used was analytic with cross sectional approach. The population was students and a sample of 38 students consisted of classes III, IV, and V of Taal 1 Elementary School, Tapen District, Bondowoso District with a total sampling method. Data was collected using a questionnaire, then the data was tabulated and analyzed using Spearman Rho statistical correlation analysis with a significance level of so that a p

DiharapkanMakalah Ini Dapat Memberikan Informasi Kepada Kita Semua Tentang Pengaruh Handphone Terhadap. Tujuan utama remaja menggunakan handphone adalah untuk. Menganalisis pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosialnya; Melatih Siswa Untuk Dapat Membuat Karya Tulis Ilmiah Dengan Baik.

Era teknologi cenderung memiliki dampak negatif terutama pada anak, meningkatnya penggunaan gadget pada anak dapat menyebabkan anak mengalami perubahan pada interaksi sosialnya, membuatanak menjadi seseorang yang acuh tak acuh pada lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Hal ini tentunya menjadi sebuah peringatan bagi orang tua dimana anak dalah generasi penerus bangsa. Kondisi yang sangat memprihatinkan apabila orang tua pun bersikap acuh terhadap anak yang menggunakan gadget. Tujuan penelitian ini menjelaskan tentang hubungan penggunaan gadget dengan interaksi sosial pada anak. Pencarian sumber data artikel dilakukan melalui scholar untuk mengambil artikel yang relevan. Istilah dan kata kunci yang terkait dalam Hubungan penggunaan gadget, interaksi sosial, dan Anak digunakan dalam pencarian subjek terkait. Inklusi Study Design yang terkait menggunakan Korelatif dan Cross-sectional. Hasil dari jurnal tentang hubungan penggunaan gadget terhadap interaksi sosial pada anak mendapat total responden sebanyak 384 anak. Terdapat hubungan yang sangat signifikan dari penggunaan gadget yang berdampak negatif bagi interaksi sosial pada anak. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this WatyTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan snteraksi sosial dengan perkembangan moral pada pemaja di SMA UISU. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMA UISU sebanyak 114 siswa/siswi yang terdiri dari kelas X 53 siswa, dan XI 61 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, Sampel yang digunakan diperoleh dari 50% jumlah keseluruhan siswa dari masing-masing kelas, jadi sampel yang di dapatkan dari kelas X sebanyak 27 siswa, dari siswa kelas XI sebanyak 30 siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analis korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis dengan Metode Analisis Korelasi Product Moment, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Interaksi sosial dengan Perkembangan moral, dimana rxy = 0,362 ; p = < 0,005. Artinya semakin Baik Interaksi sosial, maka semakin Baik Pekembangan moral. Koefisien determinan r2 dari hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y adalah sebesar r2 = 0,131. Ini menunjukkan bahwa Perkembangan moral dibentuk oleh Interaksi sosial sebesar 13,1%Junierissa MarpaungTujuan artikel ini adalah untuk mengkaji tentang pengaruh gadget dalam kehidupan manusia. Kehadiran gadget terutama dalam bentuk smartphone telah banyak memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari, gadget sebagai media pencarian informasi, melakukan interaksi, mendapatkan hiburan, bahkan hingga untuk keperluan kegiatan berbisnis secara online. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Gadget adalah salah satu produk dari teknologi ini yang telah mengubah perilaku komunikasi manusia dengan menembus ruang dan waktu. Orang yang berjarak ribuan kilometer bisa saling berkomunikasi sambil saling menatap lawan bicaranya di dan hanya dengan menggunakan media gadget. Gadget adalah sebuah alat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus, seperti telepon pintar. Sebuah teknologi yang pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Akan tetapi kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting. Sehingga membuat para pengguna tidak terkendali dalam hal pemakaian suatu teknologi Penggunaan Gadget terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun. Persepsi Masyarakat Terhadap Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak Non ProfesionalNur AsiahAri SofiaNur Asiah, Ari Sofia, S. 2019. Hubungan Penggunaan Gadget terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun. Persepsi Masyarakat Terhadap Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak Non Profesional, 539, penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak usia 5-6 tahunW NovitasariN KhotimahNovitasari, W., & Khotimah, N. 2016. Dampak penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak usia 5-6 tahun. Paud Teratai, 53.Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia', dilihat pada tanggal 15 juli 2021Pusdatin-KemkesPusdatin-Kemkes 2014 Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia', dilihat pada tanggal 15 juli 2021. n/ Lama Penggunaan Gadget Dengan Perilaku Sosial Anak PrasekolahE O PutriA UtamiR F LestariPutri, E. O., Utami, A., & Lestari, R. F. 2020. Hubungan Lama Penggunaan Gadget Dengan Perilaku Sosial Anak Prasekolah. Jurnal Cakrawala Promkes, 22, 80. Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Interaksi Sosial Teman Sebaya Pada Siswa SMAK RahmadaniR WidiastutiRahmadani, K., & Widiastuti, R. 2018. Hubungan Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Interaksi Sosial Teman Sebaya Pada Siswa SMA. Jurnal Universitas Lampung Procedia Sosial Behavioral Sciences Turkish, 91, Gadget Beserta Fungsi dan Macam-macam GadgetRiyadiRiyadi. 2020. Pengertian Gadget Beserta Fungsi dan Macam-macam Gadget. Dilihat pada tanggal 12 juli 2021, an-gadget/Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Interaksi Sosial Anak UsiaFiidatun RohanaSri HartiniRohana, Fiidatun, and Sri Hartini. 2020. "Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Interaksi Sosial Anak Usia Sekolah Di SDN 02The Relationship between Gadgets Usage and Adolescent Social Interaction Patterns in SMP Negeri I Sitoluori DistrictS SebayangSebayang, S. 2019. The Relationship between Gadgets Usage and Adolescent Social Interaction Patterns in SMP Negeri I Sitoluori District. Science Midwifery, 72, April, orangtua terhadap dampak penggunaan gadget pada anak usia pendidikan dasarA S M T SimamoraI SuntoroY NurmalisaSimamora, A. S. M. T., Suntoro, I., & Nurmalisa, Y. 2016. Persepsi orangtua terhadap dampak penggunaan gadget pada anak usia pendidikan dasar. Jurnal Kultur Demokrasi, 46.Durasi Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Pada Anak Usia Pra SekolahO I SuriD AnggrainiW FitrianiSuri, O. I., Anggraini, D., & Fitriani, W. 2021. Durasi Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Pada Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Kesehatan, 122, Usia Aank dan Pembagian Kelompok Umur AnakWijayaWijaya 2017, 'Batasan Usia Aank dan Pembagian Kelompok Umur Anak', dilihat pada tanggal 25 juli 2021, hp/en/96-daftar-isi-content/infokesehatan/helath-programs/263-batasan-usia-anak-dan-pembagiankelompok-umur-anak
PENGARUHMEDIA MASSA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT (Mass Media Effect on Changes in Social Community) Sohana Abdul Hamid ABSTRAK Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeza-beza terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Abstrak Artikel ini menjelaskan dampak media sosial terhadap penggunaan generasi milenial di Indonesia. Media sosial telah mengubah metode komunikasi dan interaksi sosial dan memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan bahasa. Artikel ini mengkaji bagaimana media sosial memengaruhi cara generasi milenial menggunakan, membentuk, dan menciptakan Indonesia dalam konteks digital. Selain itu, artikel ini juga membahas dampak perubahan tersebut terhadap penggunaan bahasa Di era digital yang didominasi oleh generasi milenial, media sosial sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok telah mengubah cara komunikasi, interaksi sosial, dan berbagi informasi terjadi. Dalam konteks ini, penting untuk memahami peran media sosial dalam penggunaan bahasa Indonesia di kalangan milenial. Media sosial telah menjadi platform bagi generasi milenial untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas global. Dalam lingkungan ini, bahasa menjadi alat terpenting untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Perlu diketahui bahwa media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap perubahan penggunaan bahasa, baik positif maupun negatif. Pengaruh media sosial terhadap penggunaan masyarakat Indonesia di kalangan generasi milenial meliputi beberapa aspek. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah gaya bahasa yang disesuaikan dengan spesifikasi platform media sosial. Akronim, emotikon, dan emotikon telah menjadi bagian penting dari komunikasi digital, memastikan efisiensi dan ekspresi emosi yang lebih cepat. Selain itu, media sosial telah melahirkan adaptasi bahasa dalam bentuk meme, tagar, dan tren viral yang dapat memengaruhi pilihan kata dan struktur kalimat. Namun, memahami dampak media sosial terhadap penggunaan bahasa Indonesia tidak terbatas pada perubahan gaya bahasa. Media sosial juga dapat menghadirkan tantangan dalam menjaga bahasa yang baik dan benar. Penggunaan bahasa gaul dan jargon secara informal dapat menjadi norma di media sosial, yang pada gilirannya akan memengaruhi penggunaan bahasa gaul Milenial di luar platform tersebut. Selain itu, bahasa yang negatif dan menyinggung juga ditemukan dalam konten yang tidak pantas, memicu diskusi tentang etika dan etiket penggunaan bahasa di media memahami peran media sosial dan dampaknya terhadap penggunaan milenial di Indonesia, kita dapat melihat tantangan dalam menjaga bahasa yang baik dan mempromosikan penggunaan yang benar di era digital ini. Oleh karena itu, artikel ini mengulas lebih dalam tentang perubahan gaya bahasa, pembentukan komunitas bahasa, dampak positif dan tantangan penggunaan bahasa Indonesia di jejaring sosial, serta pentingnya membangun kesadaran berbahasa selama Bahasa dalam Konteks Media SosialMedia sosial telah secara signifikan mengubah penggunaan generasi milenial di Indonesia. Fitur komunikasi yang tersedia pada platform media sosial telah mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan dalam interaksi online. Berikut ini adalah beberapa pengaruh utama media sosial terhadap gaya bahasaPenggunaan singkatan, emotikon, dan emotikon Media sosial menawarkan jumlah karakter yang terbatas di setiap posting atau pesan, mendorong penggunaan singkatan untuk menghemat ruang dan waktu. Singkatan seperti "lol" tertawa terbahak-bahak, "btw" btw atau "omg" oh my god sudah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari generasi milenial. Selain itu, smiley dan emoji digunakan untuk mengekspresikan emosi dan menambah nuansa pada komunikasi teks. Misalnya untuk keberuntungan atau untuk kasih sayang Adaptasi bahasa dalam meme, tagar, dan tren viralMedia sosial telah mempopulerkan berbagai bentuk konten yang mudah dibagikan, seperti meme, tagar, dan tren viral. Meme sering menggunakan humor dan bahasa yang khas untuk menyampaikan pesan atau menimbulkan efek humor. Selain itu, menggunakan tagar telah menjadi cara umum untuk mengikuti tren atau topik tertentu di media sosial. Bahasanya juga menyesuaikan dengan tren viral, seperti istilah atau frasa tertentu yang menjadi populer karena tantangan atau video viral. . Singkatan dari kataPembatasan karakter di media sosial juga mendorong pemendekan kata atau kalimat menjadi bentuk yang lebih pendek dan mudah dibaca. Misalnya, "Selamat pagi" menjadi "Pagi!" atau "Terima kasih" dan "Terima kasih". Pemendekan kata seperti itu mendorong komunikasi cepat di jejaring sosial . Perubahan bahasa dalam konteks media sosial mencerminkan adaptasi dan evolusi gaya komunikasi generasi milenial. Ucapan menjadi lebih cepat, singkat dan dilengkapi dengan elemen visual untuk mengekspresikan emosi. Meskipun perubahan ini memungkinkan komunikasi yang lebih efektif dan ekspresif di jejaring sosial, penting untuk menjaga kualitas dan pemahaman yang baik tentang bahasa di luar platform Komunitas Bahasa di Media SosialMedia sosial tidak hanya menjadi platform untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga, tetapi juga menjadi ruang untuk membentuk komunitas bahasa yang aktif di kalangan generasi milenial. Komunikasi dan berbagi bahasa di antara pengguna media sosial meningkat secara signifikan, memungkinkan generasi milenial untuk saling belajar, berbagi, dan memperkaya bahasa Indonesia mereka. Di bawah ini adalah beberapa aspek yang menyoroti peran penting komunitas bahasa dalam mempromosikan penggunaan bahasa yang baik di jejaring sosial Peningkatan komunikasi suara antar penggunaMedia sosial memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang dan latar belakang yang berbeda. Ini menawarkan milenium kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berbicara bahasa yang berbeda. Mereka dapat saling belajar dan memperluas pemahaman mereka tentang Indonesia. Diskusi, tanya jawab, dan berbagi pengalaman bahasa di jejaring sosial memungkinkan pengguna meningkatkan keterampilan bahasa mereka dan menghindari kesalahan umum. .Peran kelompok dan komunitas bahasaMedia sosial menyediakan ruang untuk membentuk dan bergabung dengan kelompok atau komunitas yang berfokus pada bahasa Indonesia. Grup-grup ini bisa menjadi wadah yang berguna bagi generasi milenial untuk belajar bersama, berbagi informasi, dan meningkatkan kemampuan bahasa mereka. Komunitas bahasa ini dapat mengobrol, menyediakan sumber belajar, dan memberikan umpan balik dan koreksi yang membangun untuk membantu anggota lebih memahami dan menggunakan bahasa Indonesia .Kerjasama dan pertukaran budayaKomunitas bahasa di jejaring sosial tidak hanya membantu perkembangan bahasa, tetapi juga mempromosikan pertukaran budaya. Milenial dapat berbagi cerita, tradisi, puisi atau lagu dalam bahasa Indonesia di jejaring sosial. Ini mempromosikan keanekaragaman budaya dan memperkaya pengalaman pengguna dengan memahami dan menghargai kekayaan bahasa Indonesia. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Seterusnya perkataan ‘su’ bererti indah, dan penambahan ‘ke’ dan ‘an Polarisasi dalam Kalangan Pelajar PERKEMBANGAN ISLAM DI MALAYSIA Oleh : Muh Oleh itu bagi memahami perkembangan awal Bidang kritikan seni sebenarnya boleh menjadi sajian minda yang mengagumkan dalam menyuburkan budaya ilmu berteraskan budaya, sekali gus mampu
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Sistem dalam masyarakat saling berhubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya yang membentuk suatu kesatuan yang menjadikan manusia adalah Makhluk sosial. Kehidupan manusia yang bermula dari kesederhanaan kini menjadi kehidupan yang bisa dikategorikan sangat modern. Di jaman yang semakin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang saat sekarang, segala sesuatu dapat diselesaikan dengan cara-cara yang praktis. Teknologi informasi dan komunikasi adalah sesuatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua aspek kehidupan manusia. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh masyarakat menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Penggunaan teknologi oleh masyarakat menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih. Komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya, kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat cepat dan seakan tanpa jarak. Munculnya sosial media dan alat-alat komunikasi yang serba efektif dan cepat adalah suatu pemicu munculnya masyarakat yang individual dan egois. Melakukan kontak sosial secara langsung diasumsikan sebagai sesuatu yang ribet, tidak memberi keuntungan, membuang waktu bahkan dikatakan ketinggalan zaman. Contoh yang sangat sederhana yang kita dapat lihat sekarang masyarakat lebih mengutamakan bermain sosial media seperti Facebook,Instagram saat bertemu dengan keluarga ataupun teman. Komunikasi dan interaksi sosial dalam sebuah keluarga, lingkungan baik di rumah maupun di kantor terkesan lebih egois dan individualis. Di rumah si ibu sibuk whattsapan dengan teman-temannya, si ayah sibuk dengan facebook dengan teman kerjanya , si anak sibuk Instagram dan game onlinenya, sehingga satu sama lain tidak ada komunikasi yang efektif, tidak ada keterbukaan antara isteri dan suami, ayah/ibu dan anak, di tempat angkutan umum tidak ada yang memperhatikan orang disampingnya, mereka sibuk menekan tombol Hp sambil tertawa lalu membalas pesan dari teman-temannya. Tidak lagi melihat apakah orang disampingnya cantik, tampan, jelek, orang sakit parah sekalipun, yang ada hanya mereka dengan media sosial teknologi ini juga memberikan informasi-informasi yang sangat cepat tersebar sehingga banyak informasi yang tidak tersaring dengan baik sehingga memunculkan informasi yang tidak benar dan terjadilah suatu konflik social masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Paus Brenedictus XVI pada Hari Komunikasi Sedunia yang ke-45, teknologi memungkinkan untuk saling bertemu di luar batas-batas ruang dan budaya mereka sendiri, dengan menciptakan sebuah dunia yang sama sekali baru dari persahabatan-persahabatan pontensial, tapi pentinglah untuk selalu mengingat kontak virtual tidak dapat dan tidak boleh mengganti kontak manusiawi langsung dengan orang orang di setiap tingkat kehidupan kita. Secanggih apa pun teknologi yang bisa menciptakan komunikasi dan interaksi yang serba praktis, kontak langsung tetap merupakan fundamental bagi manusia. Interaksi dan komunikasi secara langsung akan menciptakan ikatan emosional antar manusia dan jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan komunikasi dan interaksi virtual yang tersaji hampir semua lini teknologi. Berkomunikasi dan berinteraksi tanpa saling menatap atau bertemu memang sangat praktis dan efisien tapi perlu kita sadari bahwa manusia terlahir sebagai mahluk sosial yang harus berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang orang disekitarnya secara langsung untuk menciptakan kehidupan sosial yang sehat dan seimbang sehingga tidak terjadi suatu kehidupan sosial yang egois dan individualis. Syarifuddin Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
dampak penggunaan hp terhadap interaksi sosial masyarakat indonesia
3 Lakukanlah kegiatan yang bermanfaat seperti membaca buku. 4. Senyapkan notifikasi. 5. Atur layar menjadi hitam putih. Penggunaan ponsel sangat
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Manusia adalah makhluk sosial, dengan kata lain manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus berinteraksi dengan sesamanya. Dalam berinteraksi kelancaran komunikasi sangat penting sehingga sekarang banyak teknologi yang mendukung hal tersebut, salah satunya adalah artikel ini beberapa cuplikan wawancara si penulis dengan beberapa narasumber yang merupakan warga sekitar dan hasilnya sebagai berikut1. Apakah Anda Lebih Sering Memainkan Atau Menggunakan Hp Dalam Kehidupan Sehari-Hari? Hampir semua menjawab bahwa mereka lebih banyak waktu dalam memainkan hp dalam Kehidupan sehari-hari, hanya sebagian kecil saja yang hanya menggunakan di saat tertentu atau kalau benar-benar butuh barulah dia menggunakannya. 2. Apakah Manfaat Dalam Menggunakan Hp?Semua menjawab bahwa mereka dapat menggunakan hp untuk internet, nelpon, sms, dan main Apakah Dampak Negatif Yang Anda Rasakan Ketika Memakai Hp?Mereka semua menjawab bahwa dampak negatifnya adalah kurangnya kepedulian terhadap sosial/lingkungan, menjadi orang yang malas, dan menjadi orang yang selalu mementingkan internet lebih dari segalanya. Dari beberapa cuplikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hp adalah alat yang bisa memiliki 2 sisi disatu menguntungkan disisi lain memiliki kerugian. Keuntungannya adalah mereka dapat menikmati intetnet dan berbagai macam hal yang dapat membuat mereka nyaman, sedangkan disisi lain dapat juga menimbulkan ketergantungan terhadap internet. Hal ini disebabkan bahwa internet mampu menyediakan berbagai hal dengan praktis sehingga membuat manusia menjadi hanya terpaku pada kenyamanan tersebut dan akhirnya mereka berpikir bahwa tanpa internet maka hidup akan menjadi lebih susah dari yang ini tentu tidak bisa dianggap remah dan oleh karena itu sebagai penulis saya menghimbau kepada pembaca agar senantiasa mengguakan hp dalam batas yang wajar serta selalu memggunakannya dalam hal positif saja. Lihat Sosbud Selengkapnya Showsimple item record. Pengaruh Komunikasi Melalui Penggunaan Ponsel Terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

"Kamu Kesunyian ada bila tanpamuKehilangan ada jika netraku tak melihatmuKamu euforia sekaligus fobiaMerayu inginku genggam adalah caramuKamu bagaikan nikotin, berbahaya namun candu." Mungkin puisi di atas tepat untuk menggambarkan bagaimana dirimu dengan ponsel seperti sekarang ini. Jika kamu mendengar kata ponsel atau handphone, pikiran kamu pasti akan tertuju pada benda berbentuk persegi panjang, pipih, kecil, dan sebagai alat komunikasi. Jika dahulu kegunaan ponsel di antaranya untuk melakukan pengiriman dan penerimaan SMS, MMS, dan melakukan panggilan keluar atau menerima panggilan. Namun, sekarang alat ini juga bisa digunakan untuk melakukan panggilan melalui video, mencari informasi melalui internet, sebagai alat hitung untuk menggantikan kalkulator, dan menambah teman melalui media sosial. Walaupun memiliki banyak kegunaan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya dampak negatif yang muncul akibat penggunaan ponsel pintar ini. Banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan, salah satu dampak tersebut adalah adanya perubahan interaksi sosial di kalangan masyarakat. Ponsel atau handphone merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi komunikasi modern. Tidak hanya mengurangi waktu bergaul, ponsel juga bisa menyebabkan masalah kesehatan. Di antaranya mata minus, gangguan tidur, keram, kemampuan fokus rendah dan masih banyak lagi. Menurut peneliti, waktu ideal untuk melakukan aktivitas online atau bermain gawai dalam sehari adalah sekitar 4 jam 17 menit, jika lebih dari itu maka gawai dianggap mampu mengganggu kinerja otak remaja. Untuk menghindarinya diperlukan interaksi sosial seperti bercerita dengan teman, bermain dengan adik dan kakak, serta mengobrol bersama ayah dan ibu. Pengaruh penggunaan ponsel terhadap interaksi sosial. 1. Berbicara tatap muka berkurang. Berbicara tatap muka sekarang hanyalah cerita lama. Kebanyakan orang lebih cenderung menyukai berkomunikasi melalui media sosial daripada berkomunikasi tatap muka secara langsung. Padahal melakukan komunikasi secara tatap muka ada lebih banyak manfaatnya daripada lewat chatting. Di antaranya menghindari kesalahpahaman, mendapatkan suatu momen ketika bersama dengan orang-orang terdekat, mendapatkan respons lebih cepat, dan lain-lain. 2. Mengganggu kualitas interaksi langsung. Contohnya jika kamu sedang mengobrol bersama teman-teman, tetapi kemudian ada bunyi notifikasi dari ponselmu. Pasti dengan segera kamu langsung membuka dan membalas pesan yang masuk. Tanpa disadari, kamu sudah kehilangan fokus dan mengabaikan orang-orang di sekelilingmu. Alasan orang tidak suka bergaul, kemungkinan terjadi karena orang-orang di sekelilingnya terlalu sibuk dengan gawai masing-masing. 3. Menjadikan lupa waktu. Satu jam bahkan satu menit tanpa ponsel rasanya ada yang hilang, apalagi satu hari entah apa rasanya. Itu membuktikan bahwa manusia telah mengalami ketergantungan terhadap ponsel. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus maka dapat menyebabkan nomophobia. Nomophobia atau no mobile phone phobia NMP adalah jenis gangguan kecemasan akibat tidak memegang ponsel. Akibat dari kesenangan bermain ponsel, kita akhirnya lupa dengan tugas sekolah atau pekerjaan yang dimiliki. Misalnya niat awal hendak belajar kemudian terdengar notifikasi dari salah satu media sosial, akhirnya malah sibuk scrolling hal yang tidak penting dan belajar pun batal. 4. Kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Misalnya saat ada seseorang yang sakit, tetapi kamu tidak menjenguk dan sebagai gantinya kamu hanya mengirim pesan singkat seperti GWS, cepat sembuh, cepat pulih lagi, jangan menyerah, semangat!, aku tahu kamu kuat dan lain-lain. Mungkin kata-kata tersebut apabila dibaca bisa terdengar menyemangati, akan tetapi kata-kata tersebut akan terkesan biasa saja jika itu dikirim dalam bentuk sebuah pesan bukan ucapan langsung. Interaksi langsung seperti memberikan senyuman atau sentuhan justru bisa meningkatkan semangat dan mempercepat kesembuhan orang yang sakit. Jangan sampai hanya karena ponsel, kita malah menjadi antisosial. Upaya untuk meminimalisasi kecanduan ponsel. 1. Batasi penggunaan ponsel. 2. Jauhi ponsel saat menjelang tidur. 3. Lakukanlah kegiatan yang bermanfaat seperti membaca buku. 4. Senyapkan notifikasi. 5. Atur layar menjadi hitam putih. Penggunaan ponsel sangat berpengaruh pada interaksi sosial masyarakat. Oleh sebab itu, kita seharusnya menggunakan ponsel sesuai kebutuhan dan porsi yang benar agar terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Mari mulai dari sekarang bijaklah dalam memanfaatkan gawai, letakkan dahulu ponselmu, dan ciptakan kenangan manis bersama orang-orang tersayang. Jadi, bisakah kamu mematikan ponselmu?

jaringanyang lebih luas dan terbukanya lapangan pekerjaan baru Sedangkan dampak negatif . pariwisata terhadap kondisi sosial budaya dilihat dari respon masyarakat lokal terhadap keberadaan pariwisata seperti munculnya konflik kepentingan di antara para pemangku kepentingan, dan munculnya masalah-masalah sosial seperti misalnya perjudian dan
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi,berkembang pula kehidupan informasi yang paling banyak digunakan masyarakat adalah media sosial. Berbagai kegiatan menjadi mudah karena hadirnya media sosial di dalam kehidupan kita. Tapi kenyataannya sekarang ini banyak orang yang lebih sibuk dengan gadgetnya dibanding dengan lingkungan sekitar Nur and Nim 2018. Dengan banyaknya pengguna media sosial,maka dalam penyebaran informasipun semakin penggunaan media sosial tak sedikit orang yang menyalahgunakannya atau dapat disebut juga tidak bijak dalam penggunaannya tanpa dibarengi dengan sikap dan etika pengguna media sosial yang bijak. Contoh Tidak bijaknya menggunakan media sosial yaitu mengunggah gambaran korban kecelakaan atau bencana alam apa adanya. Kemudian beredarnya foto dua siswa SMA laki-laki dan perempuan berada di ranjang tanpa mengenakan pakaian, yang hadir di berbagai media sosial. Melihat situasi seperti itu memunculkan sebuah permasalahan yakni; bagaimana etika penggunaan media sosial dalam kebebasan berekspresi?Cyntiaklspredu Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap KehidupanSosial di Masyarakat Indonesia serta Cara MengatasiDampak NegatifnyaRisa Deviana M1401619062PPKN B 2019AbstrakSeiring dengan berkembangnya teknologi informasi,berkembang pula kehidupan informasi yang paling banyak digunakan masyarakat adalah media sosial. Berbagai kegiatan menjadi mudah karena hadirnya media sosial di dalam kehidupan kita. Tapi kenyataannya sekarang ini banyak orang yang lebih sibuk dengan gadgetnya dibanding dengan lingkungan sekitar Nur and Nim 2018.Dengan banyaknya pengguna media sosial,maka dalam penyebaran informasipun semakin penggunaan media sosial tak sedikit orang yang menyalahgunakannya atau dapat disebut juga tidak bijak dalam penggunaannya tanpa dibarengi dengan sikap dan etika pengguna media sosial yang bijak. Contoh Tidak bijaknya menggunakan media sosial yaitu mengunggah gambaran korban kecelakaan atau bencana alam apa adanya. Kemudian beredarnya foto dua siswa SMA laki-laki dan perempuan berada di ranjang tanpa mengenakan pakaian, yang hadir di berbagai media sosial. Melihat situasi seperti itu memunculkan sebuah permasalahan yakni; bagaimana etika penggunaan mediasosial dalam kebebasan berekspresi?Cyntiaklspredu Media sosial atau medsos adalah suatu media untuk bersosialisasi yangcakupannya luas tidak terbatas oleh ruang dan waktu melalui jaringan internet danalat ini media sosial menjadi penting dalam kehidupan dan lain-lain adalah contoh aplikasi untuk saat ini sudah menjadi kebutuhan lebih aktif bermain media sosial dibandingkan bersosialisasi di dunia menutup kemungkinan juga satu orang memiliki lebih dari satu sosial telah berhasil mengalihkan pandangannya terlebih diIndonesia,karena media sosial itu sendiri telah menggeser televisi dan radio sertaalat informasi atau komunikasi lainnya Watie 2016. Saat ini masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermediasosial mulai dari mendapatkan informasi,menambah teman dan berkomunikasidengan saudara atau teman yang sosial dijadikan sebagai sumberutama informasi dan hal tersebut membuat media cetak bangkrut karenamasyarakat telat beralih ke media sosial yang lebih praktis dan lebih mudah dalammendapatkan sosial pun dijadikan sebagai media untukmendapatkan penghasilan karena melalui media sosial kita dapat mempromosikanbarang yang kita jual dengan dalam melakukan negosiasinya punmudah media sosial itu sepenuhnya baik untuk kehidupanmasyarakat saat ini? Oleh karena itu dalam tulisan ini saya akan memaparkan apapengaruh dari penggunaan media sosial terhadap kehidupan sosial di masyarakatIndonesia serta cara mengatasi dampak teknologi informasi tentu mempengaruhi kehidupanmasyarakat,khususnya masyarakat sosial merupakan salah satuteknologi informasi yang banyak digunakan saat ini.Nur and Nim 2018. jumlah pengguna aktif internet di Indonesia sampai awal tahun2016 sekitar 88,1 juta orang dengan 79 juta di antaranya adalah pengguna aktifmedia sosial Cyntiaklspredu banyaknya penggunaan media sosial dimasyarakat,kehidupan sosial di masyarakat pun terdekat yangsering ditemui yaitu berkabar dengan orang lain menjadi lebih ketikasebelum ada media sosial kita berkabar hanya melalui SMS dan dapa menggunakan media sosial seperti whatsapp dan line untuk media sosial pun kita dapat berkenalan dengan orang lain baik dalammaupun luar hal tersebut juga mempengaruhi kitabersosialisasi dengan orang terdekat jarang ditemui juga ketika kitaberkumpul dengan teman,masing-masing sibuk dengan sosial mempermudah kita untuk mendapatkan penghasilan yaitudengan membuka bisnis online shop dan mempermudah belanja kebutuhan sepertipakaian,kosmetik dan lain kekurangannya yaitu dalammemperoleh barang yang kita inginkan,kita harus menunggu beberapa hari untuksampai dan tidak menutup kemungkinan barang yang kita inginkan tidak sesuaigambar yang kita lihat di online hal ini kita perlu mencari online shopterpercaya. Menggunakan aplikasi seperti Instagram,facebook,line dan lain-lain,kitasebagai pengguna dapat mengabadikan foto dan video,melihat postingan orang laindan kita dapat bebas berekspresi baik berkomentar memujimaupun jarang juga ada kritik ” pedas “ salah satunya yaitu komentar tersebutlah mempengaruhi kehidupan sosial dan mentalnyaseperti tidak percaya diri bertemu orang lain,mengurung diri sendiri,depresi dan depresi itu sendiri sering dialami oleh remaja. Depresi merupakangangguan mood berupa kesedihan yang intens, berlangsung dalam waktu lama,dan mengganggu kehidupan normal yang insidennya semakin meningkat seiringdengan meningkatnya tekanan hidup.Nurlita and Nadiroh 2019.Mengapa remajarentan akan depresi?karena,remaja memiliki emosi yang dapat berubah-ubah danterkadang remaja masih sulit untuk mengendalikan emosi itu karena ituperlu adanya sosialisasi mengenai penggunaan media sosial itu sendiri sepertibagaimana cara menanggapi opini atau kritik orang aplikasi itu pun kita dengan mudah mendapatkan informasi mengenainegara Indonesia informasinya yaitu kebakaran hutan di Riau,banjirdi ibukota,banyaknya sampah plastik. Yang sebelumnya kita acuh terhadaplingkungan,dengan adanya informasi tersebut kita dapat lebih peka terhadaplingkungan kita menyadari bahwa lingkungan itu elemen penting diBumi. Tidak hanya peka namun harus ada kesadaran dan aksi untuk menjagalingkungan itu sendiri. Nadiroh, Hasanah, and Zulfa 2019.Selain mendapatkaninformasi kita juga dapat memberikan informasi kepada dapatberbagi informasi yang kita dapatkan dengan menekan share di sedang marak yang namanya karena itu,kitaperlu mengetahui bagaimana bermedia sosial yang menghindaripenyebaran hoaks yang meluas,kita perlu menyaring informasi tersebut denganmencari kebenarannya terlebih dahulu sebelum caramengetahui kebenarannya? Lihat dulu sumber informasinya,apakah dari akun resmisuatu instansi atau bukan?jika bukan,janganlah dulu membagikan dalam bermedia sosial menjadi hal yang sangat penting. Diadakannyapelatihan mengenai etika dalam bermedia sosial cukup penting orangtua pun sangat besar dalam hal mengawasi dan mengontrolpenggunaan gadget anaknya Nur and Nim 2018.Garis besar untuk menghindaridampak yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial yaitu pandai-pandai dalammenerima maupun menyebarkan informasi,efektifkan penggunaan media sosialjangan terlalu sering mengefektifkannya yaitu gunakanwaktu untuk mengasah kemampuan atau meningkatkan mempostingsesuatu,gunakan kata-kata yang mendapatkan kritikan,jadikan itu suatumotivasi untuk menjadi lebih baik karena mendapatkan kritikan merupakan suaturesiko yang harus diterima dari penggunaan medi sosial yang dihasilkan agar masyarakat dapat menikmati KesimpulanPergunakan media sosial sebaik-baiknya,maka kita akan waktu yang kita miliki untuk bersosialisasi secara langsungdengan keluarga maupun masyarakat PustakaCyntiaklspredu, Lestarinlspredu. “Sikap Dan Etika Pengguna Media Sosial DalamIsu Kebebasan Berekspresi.”Nadiroh, Nadiroh, Uswatun Hasanah, and Vania Zulfa. 2019. “Behavioral GeographyAn Ecoliteracy Perspective and Critical Thinking Skills in Men and Women.” Indonesian Journal of Geography 512 Nabillah and Syahidah Nim. 2018. “PENGARUH MEDIA SOSIAL DI ERA DIGITAL.”Nurlita, Rani and Nadiroh Nadiroh. 2019. “Tingkat Depresi Di Kalangan Remaja Akibat Faktor Lingkungan.” June.Watie, Errika Dwi Setya. 2016. “Komunikasi Dan Media Sosial Communications and Social Media.” Jurnal The Messenger 3269. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
menunjukanadanya pengaruh penggunaan Twitter terhadap pengungkapan diri dengan koefisien regresi sebesar 0,937 dengan t=6,865. Besaran kontribusi penggunaan Twitter sebesar 36,2% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. This is an open access article under the CC–BY-SA license Pendahuluan PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta Oleh INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN INA ASTARI UTAMININGSIH. Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja. Di bawah bimbingan NURMALA K. PANDJAITAN. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat membuat peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting. Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya. Tetapi dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, juga terdapat banyak dampak negatif bermunculan. Bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Menurut Budyatna 2005 munculnya penggunaan ponsel dapat mempengaruhi proses yang bersifat transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun pada interaksi tatap muka. Pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan terutama pada pulau Jawa. Dengan begitu permasalahan yang muncul dalam penelitian ini yaitu mengenai penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana pengaruhnya terhadap interaksi yang ada, dalam hal ini antara remaja dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat penggunaan ponsel pada remaja saat ini, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel pada remaja serta menganalisis pengaruh tingkat penggunaan ponsel terhadap interaksi sosial remaja. Penelitian ini menitikberatkan pada tiga kajian studi, yaitu media teknologi komunikasi ponsel, interaksi sosial dan mengenai remaja itu sendiri. Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri SMUN 68 Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta dan pada waktu April sampai dengan Juli 2006. Pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan sengaja purposive secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam kelas-kelas SMUN 68 kelas X, XI, XII dan masing-masing sejumlah 16 orang 8 laki-laki dan 8 perempuan. Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 48 orang. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian atau studi pendahuluan, sehingga tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan secara meluas dan membutuhkan penelitian-penelitian berikutnya untuk mengkaji lebih lanjut. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif korelasional dengan metode penelitian survey. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Data primer diperoleh dari responden melalui pengisian kuisioner dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi Kantor SMUN 68. Dalam hal pengolahan data, untuk data kuantitatif diuji melalui Chi-Square dan korelasi Spearman yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi Untuk data hasil wawancara kualitatif digunakan sebagai ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik tersebut. Penelitian ini menunjukkan karakteristik internal dan karakteristik eksternal responden. Jenis kelamin responden dibagi sama rata antara laki-laki dan perempuan. Status ekonomi keluarga responden mayoritas tergolong kategori menengah keatas berkecukupan. Tujuan penggunaan ponsel oleh responden mayoritas untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting, yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya dan untuk hiburan pemenuhan hobi. Tingkat aktivitas responden mayoritas tergolong aktivitas yang rendah di luar jam sekolahnya. Tingkat pengaruh teman dekat mayoritas tergolong kategori pengaruh yang kuat bagi responden. Sedangkan mengenai media massa mayoritas responden memiliki tingkat terpaan yang tergolong cukup tinggi. Penelitian ini melihat tingkat penggunaan ponsel dari frekuensi penggunaan ponsel, pemanfaatan fasilitas ponsel, tingkat biaya pengeluaran, dan pihak yang diajak berkomunikasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ponsel oleh responden sebagai kelompok remaja perkotaan sebagian besar menunjukkan penggunaannya cenderung tinggi. Faktor pada karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel, sedangkan pada karakteristik eksternal adalah keberadaan teman dekat responden. Mengenai interaksi, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi sosial dari waktu dan intensitas tingkat keluasan pembicaraan interaksi secara tatap muka antara responden dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan semua data yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara responden dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas. Sedangkan interaksi antara responden dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna 2005, yaitu dengan munculnya penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja laki-laki maupun perempuan memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya. PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta Oleh INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh Nama Ina Astari Utaminingsih NRP A14202036 Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperolah gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA NIP. 131 803 654 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, NIP. 130 422 698 Tanggal Kelulusan 22 Agustus 2006 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA KASUS SMUN 68, SALEMBA JAKARTA PUSAT, DKI JAKARTA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Agustus 2006 Ina Astari Utaminingsih A 14202036 RIWAYAT HIDUP Penulis adalah anak terakhir dari pasangan dan Hikmawati yang lahir pada tanggal 11 Juli 1984 di Jakarta. Pendidikan pertama ditempuh di Taman Kanak-Kanak Kayuputih, Jakarta Timur. Selanjutnya pada tahun 1991 meneruskan sekolah di Sekolah Dasar Negeri Pulogadung 07, Jakarta Timur. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SLTP Perguruan Cikini, Jakarta Pusat dan meneruskan di SMU Negeri 68, Jakarta Pusat yang kemudian lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 selanjutnya penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat KPM, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kekuatan serta jalan yang terbaik menurut-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi SEP 495 yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja” ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Skripsi ini merupakan penelitian dan studi yang pertama kali mengenai ponsel di Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu diharapkan dapat menjadi masukan atau referensi berguna dalam kajian mengenai pengaruh ponsel terhadap interaksi remaja dengan lingkungan sosial mereka. Namun penulis menyadari adanya kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik membangun dari para pembaca diperlukan untuk langkah selanjutnya yang lebih baik lagi. Bogor, Agustus 2006 Penulis UCAPAN TERIMAKASIH Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengemukakan ucapan terima kasih kepada pihak tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain 1. Allah SWT, yang atas izin dan restu-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. In every step i take, it always start with u’r name God. 2. Dr. Nurmala K. Pandjaitan. MS. DEA selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi ini. 3. Ir. Sarwititi S. Agung, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama pada saat sidang skripsi 4. Martua Sihaloho, SP, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji Komisi Pendidikan pada saat sidang skripsi 5. Papa & Mama. Love u both more than life & all the things i’ve done is only to make u proud of me. Juga untuk Mba Lia & Mas Herry 6. Ivan, My Little Boy. The cuttest baby in the world. Karena dengan fotonya dikomputer-lah yang membuat semangat setiap mengerjakan tugas 7. Hemo-hemo, For good times and bad times. Thank’s for teaching me how to laugh all the time, no matter how sad we are. Just keep our faith! 8. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data Ica HPT ’40, Dila, Tio, serta pihak dari SMUN 68 9. Rika Apriyanti Teh’ Rika atas segala saran dan masukan mengenai penulisan skripsi 10. Mulyandari, for making me believe that there’s always opportunity in every difficulty 11. KPM ’39, yang telah membuat waktu selama hampir 4 tahun terakhir menjadi berkesan dan tidak terlupakan 12. Seluruh teman-teman ’38, ’39 dan ’40 serta tim KKP atas kebersamaannya selama ini 13. Teman-teman di Jakarta, yang selalu memberi semangat melalui SMS dan telfon. Serta yang selalu membuat hidup kembali menjadi ’normal’ sepulang dari Bogor. Thank’s a lot 14. Para pengajar dan tim MSC Mathematic Study Club yang dengan sabar dan baik hati membuat penulis ’mengerti’ akan hitung-hitungan 15. Tim dosen KPM IPB dan seluruh staff Sosek Pertanian, terima kasih telah memberikan pengajaran yang terbaik dan telah membantu selama perkuliahan sampai pada pelaksanaan seminar dan sidang Juga untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi inspirasi kepada pembaca. Penulis DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI  i DAFTAR TABEL  iii DAFTAR GAMBAR  v DAFTAR LAMPIRAN  vi BAB I. PENDAHULUAN  1 Latar Belakang  1 Perumusan Masalah  5 Tujuan Penelitian  5 Kegunaan Penelitian  6 BAB II. PENDEKATAN TEORITIS  7 Tinjauan Pustaka  7 Media Teknologi Komunikasi Ponsel  7 Interaksi Sosial  13 Remaja  18 Kerangka Pemikiran  22 Hipotesa  25 Definisi Operasional  26 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN  33 Metode Penelitian  33 Lokasi Dan Waktu Penelitian  33 Penentuan Sampel  34 Metode Pengumpulan Data  35 Metode Pengolahan dan Analisis Data  35 ii BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN  36 Sekolah Menengah Umum Negeri 68  36 Karakteristik Internal  39 Karakteristik Eksternal  43 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN  47 Penggunaan Ponsel Pada Remaja  47 Frekuensi Penggunaan Ponsel  47 Pemanfaatan Fasilitas Ponsel  48 Tingkat Biaya Pengeluaran  51 Pihak Yang Diajak Berkomunikasi  52 Tingkat Penggunaan Ponsel Secara Umum  54 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ponsel Pada Remaja  56 Karakteristik Internal  56 Karakteristik Eksternal  62 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja  65 Interaksi Sosial Remaja  65 Waktu Interaksi Tatap Muka  65 Intensitas Interaksi Tatap Muka  68 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum  70 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja  71 Ikhtisar  74 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN  78 Kesimpulan  78 Saran  80 DAFTAR PUSTAKA  82 LAMPIRAN  85 iii DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman Tabel 1. Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler Pada SMUN 68, Sampai Tahun Ajaran 2005/2006  38 Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga  39 Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel  40 Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas  42 Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat  44 Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media Massa  45 Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel  47 Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel  49 Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran  51 Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pihak Yang Diajak Berkomunikasi  53 Tabel 11. Jumlah responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Ponsel  54 Tabel 12. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel  56 Tabel 13. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel  58 Tabel 14. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel  59 Tabel 15. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel  61 Tabel 16. Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel  63 Tabel 17. Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel  64 Tabel 18. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka Dengan Keluarga  66 vi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel di Indonesia  86 Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square  88 Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman  89 v DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak  9 Gambar 2. Kerangka Pemikiran  25 iv Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka Dengan Teman/Pacar  66 Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Keluarga  68 Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Teman/Pacar  68 Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja  70 Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial  72 Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dengan Variabel Terpengaruh  74 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting. Hassan 1999 mengemukakan teknologi komunikasi cenderung memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia. Transformasi tersebut telah memunculkan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar manusia patterns of human communication, yang pada hakikatnya adalah interaksi antar pribadi interpersonal relations. Pertemuan tatap muka face to face secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak yang sangat jauh melalui tahap citra image to image. Isi pesan media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat yang kini melainkan bentuk dan jenis media itu sendiri. Banyak bentuk-bentuk teknologi baru dalam komunikasi yang kita kenal, seperti telepon selular ponsel, surat elektronik, satelit, mesin faksmili, dan lain-lain. Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya. Ponsel yang mudah dibawa kemana saja kini tidak lagi mengenal 2 usia dan kalangan, bahkan disebut sekarang ini ponsel telah menjadi “teknologi yang merakyat”. Penggunaan ponsel menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan saat ini yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya pun tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS short messages service saja. Ponsel dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Hal ini menjadikan ponsel sebagai salah satu perkembangan komunikasi yang paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir Nurudin, 2005. Terlihat juga pada kompetitif kualitas dari berbagai merk ponsel seperti Nokia, Ericsson, Samsung, Siemens, Motorola, Alcatel, dan lain-lain. Masing-masing tidak berhenti bersaing mencari pangsa pasar melalui produk terbaru hanya dalam kurun waktu yang relatif singkat. Simanjuntak 2004 dalam tulisannya mengenai aspek sosial telepon selular menyatakan paling tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel. Pertama, terhadap setiap individu yang menggunakan ponsel tersebut. Kedua, terhadap interaksi-interaksi antar individu. Ketiga, terhadap pertemuan tatap muka. Keempat, terhadap suatu kelompok-kelompok atau organisasi. Selanjutnya yang kelima adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaankelembagaan masyarakat. Penggunaan ponsel sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Disini interaksi yang terbentuk kemudian “dipercepat” prosesnya melalui suara dan teks atau tulisan Brotosiswoyo, 2002. 3 Hal ini berbeda dengan dahulu yang biasa disebut “telepati” komunikasi antara dua manusia yang tidak bergantung pada tempatnya dan sudah menjadi perwujudan riil yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Ponsel disamping itu juga dapat merubah makna dari “kesendirian”. Kesendirian itu dapat menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan hidup. Dengan satu ponsel yang canggih saja, kita dapat mendengarkan musik, bermain games, internet, foto-foto, menonton video, dan lain-lain meskipun kita berada dalam satu ruangan sendirian tanpa ada apapun. Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, tetapi terdapat juga banyak dampak negatif bermunculan. Budyatna 2005 mengemukakan bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Disini Budyatna melihat bahwa dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka. Terdapat banyak fenomena dimana tidak jarang individu lebih memilih memainkan atau menggunakan ponselnya, meskipun ia berada ditengah-tengah suatu kegiatan atau sosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Berdasarkan Survey Siemens Mobile Lifestyle III, menyebutkan bahwa 60% dari respondennya lebih senang mengirim dan membaca SMS atau memainkan games ponselnya ditengah acara keluarga yang dianggap membosankan Nurudin, 2005. Beberapa penelitian telah dikumpulkan oleh Badwilan 2004 mengenai dampak dari penggunaan ponsel. Contoh penelitian pertama yaitu pada bulan 4 Februari 2002 jumlah layanan SMS yang dikirimkan mencapai 156 milyar; dan pada bulan Maret jumlahnya bertambah menjadi 167 milyar. Dengan kata lain bahwa pengguna ponsel telah menghabiskan uang sebesar 165,5 milyar untuk mengirimkan layanan SMS saja. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ponsel yang semula dimaksudkan untuk mempermudah pembicaraan dan menekan biaya pengeluaran, justru terkadang menjadi hal sebaliknya. Kumpulan penelitian Badwilan yang menunjukkan dampak negatif dari penggunaan ponsel lainnya yaitu menonjol pada aspek psikologis dan sosial. Banyaknya peredaran gambar-gambar maupun video-video porno sekarang ini sudah dianggap hal biasa dalam lalu lintas data komunikasi melalui ponsel. Selain itu adanya pesan SMS yang memberikan kesan rasisme dan unsur-unsur SARA didalamnya dapat mengancam serta merusak kehidupan interaksi masyarakat atau kelompok tertentu. Pattiradjawane pernah melakukan penelitian terhadap pemakaian dan penggunaan ponsel di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase terbesar pengguna ponsel berdasarkan usia yaitu usia 15-24 tahun 31%, berdasarkan kota-desa yaitu kota 71%, dan berdasarkan kota-desa pada lima pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali yaitu kota >55% dari masing-masing pulau. Sedangkan untuk perbandingan berdasarkan masingmasing pulau tersebut persentase terbesar adalah pulau Jawa 71%. Hal ini menunjukkan pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan terutama pada pulau Jawa. Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh potensi yang perlu untuk dimanfaatkan. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu 5 berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama Hurlock, 1980. Respon kaum remaja terhadap barang-barang baru, termasuk dalam hal ini adalah kecanggihan ponsel, cukup tinggi. Walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam kehidupan sehari-hari mereka. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dapat diketahui bahwa penggunaan media teknologi komunikasi ponsel saat ini dirasakan penting. Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat mempererat interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Perumusan masalah yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana penggunaan ponsel pada remaja saat ini? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja? 3. Bagaimana pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosial remaja? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengidentifikasi penggunaan ponsel pada remaja saat ini 6 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja 3. Menganalisis pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosial remaja Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam rangka mengembangkan studi dan memperluas wawasannya mengenai kehidupan interaksi remaja perkotaan pada saat ini, terkait dengan perkembangan teknologi komunikasi ponsel. Penelitian ini juga dapat menjadi informasi tambahan atau acuan literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi para akademisi atau bagi mereka yang tertarik untuk memahami pengaruh penggunaan media teknologi komunikasi ponsel terhadap interaksi sosial remaja. BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Media teknologi Komunikasi Ponsel Teknologi Komunikasi Menurut Kamus Sosial Edisi Baru, istilah Teknologi yaitu 1 Penerapan ilmu pengetahuan; 2 Pola praktek menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu; serta 3 Semua ciri untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Johannesen 1996 teknologi diartikan sebagai aktivitas budaya yang khas ketika manusia membentuk dan mengubah realitas alami demi tujuan-tujuan praktis. Setiap langkah kemajuan teknologi menyebabkan serangkaian perubahan yang berinteraksi dengan perubahan lainnya yang timbul dari sistem teknologi secara keseluruhan. Menurut Gouzali Saydam 2005, teknologi komunikasi pada hakikatnya adalah penyaluran informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui perangkat telekomunikasi kawat, radio atau perangkat elektromagnetik lainnya. Informasi tersebut dapat berbentuk suara telepon, tulisan dan gambar telegraf, data komputer, dan sebagainya. Sedangkan Shiroth dan Amin 1998 mengemukakan teknologi komunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi ini semakin kearah teknologi wireless tanpa kabel. Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni 2003 mencangkup telepon, radio, dan televisi. Sedangkan dalam buku Human 8 Communication Tubbs dan Moss, 2001, bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik. Pada tingkat antarpersona yaitu telepon, telepon genggam handphone, surat elektronik, dan voicegram. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi komputer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu interkom, konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu televisi, radio, film, videotape, vidoedisc, TV kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital. Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan dalam dunia bisnis. Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan telepon dilakukan diseluruh dunia Morey, 2004. Menurut Gouzali Saydam 2005, istilah telepon pada awalnya merupakan suara dari jarak jauh. Selain itu keberadaan telepon itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu telepon biasa fix telephone dan telepon bergerak. Perkembangan Ponsel Ponsel atau bisa juga disebut Handphone telepon genggam atau telepon seluler merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar sesama ponsel tersebut adalah gelombanggelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS Base Tranceiver Station dan MSC Mobile Switching Center yang bertebaran di sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil Gouzali Saydam, 9 2005. Telepon bergerak ini pada awalnya dikategorikan dalam bentuk seperti gambar berikut TELEPON BERGERAK Kendaraan Bermotor Selular/ Ponsel Telkom Fleksi Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak Sumber Gouzali Saydam, Teknologi Telekomunikasi Perkembangan dan Aplikasi 2005. Ponsel merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik. Dalam pemakaian ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu percakapan serta jarak atau zona jangkau SLJJ percakapan yang telah dilakukan dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan bagi pelanggan ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan dan biaya pulsa atau pemakaian Kadir dan Triwahyuni, 2003. Semakin maraknya penggunaan ponsel saat ini, muncul ide untuk menciptakan kebergantungan pemilik ponsel tersebut pada kartu telepon prabayar voucher. Perkembangan produk kartu prabayar dalam waktu yang singkat dapat menyaingi penggunaan sistem abonemen pascabayar. Salah satu yang paling menarik pada prabayar adalah layanan transfer pulsa Ariyanti, 2004. Layanan ini menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam 10 waktu cepat atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi ulang. Harmandini 2005 mengatakan bahwa sekarang ini terdapat beberapa orang yang menggunakan 2 dua ponsel, dimana yang satu pada umumnya merupakan ponsel CDMA. Kartu-kartu CDMA ini antara lain StarOne, Esia, Flexi dan Fren. Para pemakai ponsel yang menggunakan kartu prabayar biasanya digolongkan pada konsumen ‘konsumen kelas dua’, sedangkan ‘konsumen kelas satu’ di mata operator penyelenggara ponsel adalah mereka yang menjadi pelanggan tetap jaringan ponsel Ariyanti, 2004. Fasilitas Pada Ponsel Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal, ponsel juga berpotensi sebagai sarana bisnis yang efektif. Ponsel sangat bervariasi tergantung pada modelnya, yang seiring dengan perkembangan teknologi mempunyai fungsifungsi antara lain Fiati, 2005 1. Penyimpan informasi 2. Pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja 3. Reminder pengingat waktu atau appointment 4. Alat perhitungan kalkulator 5. Pengiriman atau penerimaan e-mail 6. Permainan games 7. Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, MP3 8. Chatting dan Browsing internet 9. Video 11 Mengenai fitur-fitur lain dalam ponsel terdapat beberapa macam, antara lain profile, voice mail, caller ID, memory, numeric paging dan text messaging SMS/multimedia messaging MMS, tones, locking/unlocking, call waiting, call forwarding, three-way calling, calling history, one-touch emergency dialing dan lain-lain. Diantara sekian banyak fitur tersebut, mungkin yang paling menarik untuk dibahas adalah SMS, MMS dan kamera. SMS Short message service adalah layanan langsung dalam dua arah yang mampu mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bisa disimpan dan direkam oleh pengelola ponsel. Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode cell broadcast guna mengirim berita-berita terbaru dan pemberitahuan penting penting lain yang bersifat massal Fiati, 2005. Sedangkan MMS multimedia message service disebut juga sebagai sms multimedia, yang memiliki daya angkut data yang besar. MMS memberikan layanan pengiriman berbasis teks menuju pesan multimedia gambar, suara, video dan dapat juga memberikan layanan berupa gambar diam berupa kartu, peta, kartu nama, layer saver untuk PC. Fitur lainnya yang saat ini sedang gencarnya ditonjolkan oleh ponsel yaitu kamera, mulai dari jenis kamera opsional atau terpisah hingga kamera yang builtin yang sudah menyatu dengan ponselnya. Mengenai kecanggihan teknologi, ponsel juga memiliki beberapa keunggulan seperti adanya teknologi Infrared dan Bluetooth. Bluetooth merupakan teknologi nirkabel yang dapat menyambungkan beberapa perangkat melalui gelombang radio berfrekuensi rendah daya jangkau maksimal 50 meter tanpa dihubungkan dengan kabel. Sedangkan pada infrared kedua perangkat harus dibuat berhadapan Fiati, 2005. 12 Mengenai media hiburan, MP3 pada ponsel sudah menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi saat ini. Telah dibuat suatu pengembangan yang lebih lanjut, dinamakan MP3 Surround Subarkah, 2005. MP3 Surround atau bisa disebut suara keliling ini pada dasarnya akan memberikan ilusi suara pada pendengarnya seolah-olah berada dalam sebuah lingkungan tertentu. Selain itu, teknologi pada ponsel yang paling terbaru saat ini yaitu menyaksikan televisi melalui layar ponsel tersebut Subarkah, 2006. Ponsel seperti ini termasuk dalam ponsel generasi ketiga, atau disebut dengan 3G. Dampak Penggunaan Ponsel Menurut Badwilan 2004, penggunaan ponsel dapat membawa dampakdampak tertentu. Dampak-dampak tersebut dibagi pada aspek psikologis, sosial, keuangan dan kesehatan atau keselamatan jiwa seseorang. Tetapi yang akan dijelaskan disini adalah pada aspek psikologis dan sosial Badwilan, 2004 1. Aspek Psikologis Banyaknya pesan melalui SMS yang berisi ajakan-ajakan bersifat rasisme dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Contohnya yang marak ditemukan adalah pesan yang berisi pemboikotan barang produksi Amerika. Selain itu juga terdapat peredaran pesan teks, gambar, maupun video yang bersifat pornografi. Mudahnya akses keluar-masuk pesan tersebut melalui ponsel membawa dampak negatif, terutama untuk generasi muda sekarang ini. 13 2. Aspek Sosial Salah satu hal yang sering terjadi adalah tindakan seseorang yang membiarkan ponsel miliknya tetap dalam keadaan hidup atau aktif sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Hal ini jelas mengganggu konsentrasi serta mengejutkan orang-orang disekitarnya. Seperti ketika sedang rapat bisnis, di rumah sakit, sedang di tempat-tempat ibadah, dan lain-lain. Selain itu penggunaan ponsel sebagai media komunikasi tidak langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari komunikasi secara langsung tatap muka. Sering terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaan pesan melalui komunikasi secara tidak langsung. Interaksi Sosial Definisi dan Bentuk Interaksi Sosial Menurut Soekanto 2002, interaksi sosial adalah bentuk-bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain Gerungan, 2004. Kelangsungan interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, tenyata merupakan proses yang kompleks. Sedangkan Tubbs dan Moss dalam bukunya 14 Human Communication 2001, suatu interaksi sosial diartikan sebagai suatu sistem sosial dua orang atau lebih yang dilengkapi dengan beberapa aturan dan harapan, serta beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku diantaranya. Gea, Wulandari, dan Babari 2003 melihat suatu kebutuhan berinteraksi manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dianggap paling ideal adalah secara tatap muka langsung. Interaksi tatap muka lebih memungkinkan suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung. Selain itu menurut Morey 2004, pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi didalamnya. Sedangkan menurut Soekanto 2002, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu 1. Adanya kontak sosial social-contact 2. Adanya komunikasi Kontak dan Komunikasi Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersamasama dan tango yang artinya menyentuh, jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Tetapi secara gejala sosial, kontak tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah. Seperti pada perkembangan teknologi dewasa ini 15 orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon, telegrap, radio, surat, dan seterusnya Soekanto, 2002. Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face berjabat tangan, saling senyum, dll. Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui perantara seperti telepon, telegrap, radio, surat dll. Mengenai komunikasi dapat dilihat secara bahasa, yakni berasal dari kata Latin kommunicatio yang artinya hal memberitahukan, hal memberi bagian dalam, atau pertukaran. Secara lebih sempit dapat diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima Gea, Wulandari, dan Babari, 2003. Menurut Soekanto 2002, menyatakan bahwa komunikasi adalah ketika seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan begitu orang yang bersangkutan kemudian akan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Gea, Wulandari, dan Babari 2003 menggambarkan suatu komunikasi yang efektif apabila si penerima pesan menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang diberikan benar-benar diterima secara tepat sebagaimana yang dimaksud adalah dengan mendapatkan umpan balik pesan tersebut. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang 16 pengirim mengetahui bagaimana pesan yang dikirimkannya telah ditangkap oleh si penerima atau tidak. Selain itu cara seseorang mendengarkan dan menanggapi lawan bicara juga sangatlah penting dalam berkomunikasi. Memberikan tanggapan penuh pemahaman dalam mendengarkan dapat menghindari kecenderungan kesalahpahaman komunikasi antara pihak terkait. Menurut Sarwono 2002 dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung bertatap muka adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis. Aspek tersebut antara lain 1. Tatap muka itu sendiri yang membedakannya dengan komunikasi jarak jauh atau komunikasi menggunakan alat. Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh masing-masing pihak pemberi informasi-penerima informasi, ibu-anak, ayah-anak, suami-istri, guru-murid dan lain-lain dan ditunjukkan dengan jelas 2. Adanya hubungan dua arah secara langsung Dengan adanya pertukaran pesan dalam komunikasi tatap muka, terjadi saling pengertian akan makna atau arti pesan. Jadi dalam komunikasi ini yang penting bukanlah pesannya semata, melainkan arti meaning dari pesan tersebut. 3. Adanya niat, kehendak, atau intensi dari kedua belah pihak Hal tersebut akan mempercepat proses adanya saling pengertian secara kognitif dalam komunikasi antar manusia. 17 Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung memerlukan perantara, seperti telepon, telegrap, radio, surat dll. mempunyai dampak yang berbeda dengan komunikasi secara langsung tatap muka. Menurut Gea, Wulandari, dan Babari 2003, komunikasi tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya kegagalan untuk saling berkomunikasi hambatan-hambatan, dalam arti si penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud oleh si pengirim. Hambatan-hambatan tersebut antara lain 1. Gagal menangkap maksud konotatif di balik maksud seseorang 2. Hanya mengartikan kata atau kalimat secara murni dan tidak mengembangkan pemahamannya 3. Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi 4. Adanya gangguan fisik, misalnya gangguan suara pada telepon, hasil cetakan yang tidak baik, tampilan layar yang kurang jelas kabur, desain format yang tidak baik, dan lain-lain. Dalam menilai kualitas komunikasi antar manusia, DeVito 1997 mengatakan bahwa komunikasi antar manusia dapat berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat menurut keluasannya atau breadth banyaknya atau jenis-jenis topik yang dibicarakan dan kedalamannya atau depth derajat “kepersonalan” atau inti dalam membicarakan topik itu. Sedangkan menurut penelitian Mardiyanti 1996, secara garis besar terdapat beberapa hal yang dapat dilihat dalam kaitannya dengan kontak sosial dan komunikasi sebagai pengukuran dari interaksi secara langsung tatap muka, antara lain adalah minat, frekuensi, ruang lingkup rekanrekan, jenis dan banyaknya topik pembicaraan, tempat melakukan kegiatan, 18 kedalaman komunikasi serta pola dari interaksi itu sendiri asosiatif dan disosiatif. Remaja Definisi dan Rentangan Usia Remaja Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik Hurlock, 1980. Apabila digolongkan sebagai anak-anak maka golongan remaja sudah melewati masa tersebut, tetapi bila digolongkan dengan orang dewasa juga masih belum sesuai. Oleh karena itu banyak istilah golongan remaja ini dirasakan tumpang tindih pengertiannya. Istilah lain yang sering digunakan adalah menurut Rumini dan Sundari 2004, dimana masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Hurlock 1980 juga menambahkan definisi masa remaja dengan menggunakan ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, yaitu Masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia yang bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, dan yang terakhir yaitu masa remaja sebagai ambang masa dewasa. 19 Menurut Mappiare dalam bukunya Psikologi Remaja 1982, dapat disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. Lingkungan Sosial Remaja Menurut Gea, Wulandari, dan Babari 2003, lingkungan sosial yang paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah lingkungan sosial awal, yakni keluarga. Lalu kemudian dilanjutkan dengan lingkungan sebayanya, yang terdiri dari kelompok pertemanan atau kelompok permainan sahabat. Keluarga adalah lingkungan yang paling utama dimana kita mengalami kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif, serta lingkungan tempat kita menjalani proses sosialisasi berbagai nilai dasar kemanusiaan. Menurut Soekanto 2002, orang tua dan saudara melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui kasih sayang. Atas dasar kasih sayang tersebut, seorang individu dididik untuk mengenal nilai-nilai tertentu. Menurut Hurlock 1980, konsep hubungan keluarga mempengaruhi konsep diri remaja dimana seorang remaja yang mempunyai hubungan erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Menurut Mappiare 1982, kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Didalamnya timbul persahabatan yang 20 merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Manfaat penting dari adanya persahabatan dalam masa remaja ini adalah mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengisi waktu luang. Lebih penting lagi, bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan, dihargai dan dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya Mappiare, 1982. Perilaku Remaja Suatu perilaku behavior yang merupakan cara bertindak dapat dipandang sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun yang bersifat kompleks Azwar, 2003. Sebagai mahkluk sosial, perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari lingkungannya. Menurut Kurt Lewin dalam Azwar 2003, perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Sedangkan menurut Rakhmat 2001, terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu 1. Faktor-faktor personal, yaitu faktor biologis dan faktor sosio-psikologis 2. Faktor-faktor situasional, yaitu faktor ekologis, faktor rancangan dan arsitektural, faktor temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor-faktor sosial, dan lingkungan psiko-sosial. Kompleksitas perilaku remaja telah menjadi bahasan yang penting, terutama memahami perilaku remaja dalam lingkungan sosialnya, memahami 21 motivasi perbuatan dan mencoba meramalkan respon remaja agar dapat memperlakukan sesama manusia dengan sebaik-baiknya Hurlock, 1980. Perilaku terhadap suatu obyek dapat dilihat dari beberapa dimensi Calhoun, 1995, yaitu 1. Frekuensi Menunjukkan jumlah atau kuantitas dari perilaku seseorang 2. Kepada siapa berperilaku Perilaku yang dilakukan tidak hanya ditujukan untuk diri sendiri tetapi juga ditujukan bagi orang lain 3. Untuk apa Perilaku yang dilakukan seseorang itu mempunyai manfaat atau tujuan baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain 4. Bagaimana Menunjukkan upaya atau cara yang dilakukan oleh seseorang dalam berperilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan Perilaku remaja juga berkaitan dengan minat mereka terhadap keberadaan media massa yang termasuk pada minat rekreasi. Menurut Hurlock 1980 minat rekreasi tersebut juga sangat dipengaruhi oleh derajat kepopulerannya. Beberapa bentuk rekreasi yang digemari remaja saat ini antara lain mendengarkan radio dan kaset, menonton televisi, serta membaca. Selain itu perilaku remaja yang menonjol terletak pada nilai kemandiriannya. Mereka cenderung melepaskan diri dengan lingkungan sosial, terutama dengan lingkungan keluarganya sendiri Hurlock, 1980. 22 Remaja laki-laki dengan perempuan juga terdapat perbedaan-perbedaan dalam perilakunya. Remaja perempuan cenderung memiliki tingkat keintiman yang dalam dengan orang-orang sekitarnya dibanding dengan remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja laki-laki ingin menunjukkan kemandirian yang lebih dan adanya jarak dengan sekitarnya Hurlock, 1980. Selain itu menurut Apriyanti 2005 secara spesifik mengemukakan remaja putri lebih banyak membutuhkan sejumlah barang-barang baru yang perlu dibeli dan juga barang-barang baru yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Kerangka Pemikiran Ponsel merupakan salah satu perkembangan teknologi komunikasi paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir. Ponsel disamping memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, juga dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik atau hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Dalam hal ini pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan, terutama pada pulau Jawa. Respon kelompok remaja terhadap keberadaan ponsel cukup tinggi, walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tingkat penggunaan ponsel pada remaja diduga dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri individu internal maupun yang berkaitan dengan lingkungannya eksternal. Karakteristik internal mencangkup jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh 23 remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencangkup pengaruh dari teman-teman dekat remaja serta terpaan media media exposure massa. Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena remaja putri cenderung memiliki gaya hidup dan pola konsumtif yang tinggi dalam melihat setiap perkembangan ponsel yang ada dibandingkan remaja putra. Selain itu remaja putri juga cenderung sering dan intens berkomunikasi melalui ponsel dengan sesamanya, dimana dalam komunikasi yang berlangsung tersebut biasanya banyak hal-hal yang dibicarakan. Status ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena terdapat biayabiaya yang harus disediakan oleh para pengguna ponsel. Semakin tinggi pendapatan orang tua tiap bulannya yang menggambarkan status ekonomi dalam keluarga diduga dapat meningkatkan penggunaan ponsel pada remaja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan biaya pengeluaran setiap bulannya. Tujuan dalam menggunakan ponsel diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan tujuan yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan pula remaja menggunakan ponselnya. Aktivitas-aktivitas yang diikuti remaja diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan semakin banyak aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki mobilitas yang tinggi di dalam maupun di luar sekolah. Diduga hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengaruh teman dekat diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena pada masa remaja inilah kelompok persahabatan atau teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang memegang peranan penting dalam sosialisasi 24 remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja dalam menggunakan ponselnya akan melihat dan bergantung pada lingkungan teman sebayanya. Terpaan media massa diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena melalui media massa cetak maupun elektronik tersebut remaja memperoleh berbagai informasi mengenai perkembangan ponsel. Semakin sering frekuensi dan beragam jenis media massa tentang ponsel yang diterpa oleh remaja diduga mempunyai pengaruh penting, disamping pengaruh dari teman dekat remaja tersebut. Tingkat penggunaan ponsel pada remaja dapat dilihat melalui empat hal, yaitu frekuensi penggunaan, pemanfaatan fasilitas, tingkat biaya pengeluaran, dan pihak yang diajak berkomunikasi. Selanjutnya tingkat penggunaan teknologi komunikasi ponsel tersebut sebagai pengaruh dari luar masyarakat diduga dapat mempengaruhi interaksi sosial pada remaja tersebut. Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat meningkatkan interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Tetapi diduga justru dapat menurunkan interaksi tatap muka antara remaja dengan lingkungan sosialnya, yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan persahabatan teman sebaya. Interaksi sosial remaja secara tatap muka itu sendiri dilihat dari lamanya waktu serta intensitas tingkat keluasan atau banyaknya topik pembicaraan interaksi tatap muka. Berdasarkan literatur-literatur yang telah dibahas, maka dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut Gambar 2 25 Karakteristik Internal - Jenis kelamin - Tingkat status ekonomi keluarga - Tujuan penggunaan ponsel - Tingkat aktivitas Karakteristik Eksternal - Tingkat pengaruh teman dekat - Tingkat terpaan media media exposure massa - Tingkat Penggunaan Ponsel Pada Remaja Frekuensi penggunaan Pemanfaatan fasilitas Tingkat biaya pengeluaran Pihak yang diajak berkomunikasi - Interaksi Sosial Remaja Tatap muka Waktu interaksi Intensitas interaksi Keterangan Mempengaruhi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut 1. Diduga remaja memiliki tingkat penggunaan ponsel yang cenderung tinggi 2. Diduga karakteristik internal mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja 26 3. Diduga karakteristik eksternal mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja 4. Diduga penggunaan ponsel pada remaja mempengaruhi interaksi sosial remaja Definisi Operasional Variabel-variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini diukur dengan merumuskan batasan dari masing-masing variabel terlebih dahulu. Adapun variabel-variabel tersebut adalah 1. Karakteristik internal adalah karakteristik yang mencirikan responden dan berkaitan dengan diri individu. Terdiri dari jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan responden dalam menggunakan ponselnya, serta tingkat aktivitas. 2. Jenis kelamin adalah perbedaan identitas seks responden berdasarkan aspek biologis. Dibagi menjadi kategori skala nominal a. Laki-laki b. Perempuan 3. Tingkat status ekonomi keluarga adalah status dari keluarga responden dalam masyarakat yang dilihat melalui penghasilan orang tua ayah dan ibu responden setiap bulannya. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Status ekonomi keluarga tinggi, apabila penghasilan orang tua >Rp. Status ekonomi keluarga sedang, apabila penghasilan orang tua antara Rp. hingga Rp. 27 c. Status ekonomi keluarga rendah, apabila penghasilan orang tua 28 Pengukuran tingkat aktivitas ini menggunakan skor yaitu sangat aktif 3, aktif 2, kurang aktif 1, serta tidak aktif 0. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Aktivitas tinggi, total skor 21-30 b. Aktivitas sedang, total skor 11-20 c. Aktivitas rendah, total skor ≤ 10 6. Karakteristik eksternal adalah karakteristik yang mencirikan responden dan berkaitan dengan lingkungannya, terdiri dari pengaruh teman dekat serta terpaan media massa. 7. Tingkat pengaruh teman dekat adalah pengaruh dari teman dekat responden dan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan ponsel oleh responden. Pengukuran tingkat pengaruh teman dekat ini terdiri dari 4 butir pertanyaan, masing-masing 3 pilihan jawaban. Dengan skor yaitu pengaruh kuat 3, sedang 2, serta kecil 1. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Pengaruh dari teman dekat kuat, total skor 10-12 b. Pengaruh dari teman dekat sedang, total skor 7-9 c. Pengaruh dari teman dekat kecil, total skor 4-6 8. Tingkat terpaan media media exposure massa adalah frekuensi responden dalam menerima informasi tentang ponsel melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik 6 jenis media televisi, radio, koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran dan internet. Pengukuran tingkat terpaan media informasi ini menggunakan skor yaitu sering 3, kadang- 29 kadang/jarang 2, tidak pernah 1. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Terpaan media massa tinggi, total skor 15-18 b. Terpaan media massa sedang, total skor 10-14 c. Terpaan media massa rendah, total skor 6-9 9. Tingkat penggunaan ponsel adalah suatu suatu tingkat yang menunjukkan perilaku penggunaan ponsel oleh responden dan terdiri dari ; 1 frekuensi penggunaan, 2 pemanfaatan fasilitas, 3 tingkat biaya pengeluaran, dan 4 pihak-pihak yang diajak berkomunikasi. Pengukuran tingkat penggunaan ponsel dengan melihat akumulasi skor keempat variabel tersebut 7 butir pertanyaan. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Penggunaan ponsel tinggi, total skor 29-42 b. Penggunaan ponsel sedang, total skor 15-28 c. Penggunaan ponsel rendah, total skor ≤ 14 10. Frekuensi penggunaan adalah tingkat keseringan responden yang berkaitan dengan penggunaan atau pemakaian ponselnya. Pengukuran frekuensi penggunaan ponsel ini terdiri dari 3 butir pertanyaan, masing-masing 4 pilihan jawaban. Dengan skor yaitu frekuensi tinggi 3, sedang 2, serta rendah 1 dan 0. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Frekuensi penggunaan ponsel tinggi, total skor 7-9 b. Frekuensi penggunaan ponsel sedang, total skor 4-6 c. Frekuensi penggunaan ponsel rendah, total skor ≤ 3 11. Pemanfaatan fasilitas adalah pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang terdapat pada ponsel yang dilakukan oleh responden 8 jenis fasilitas telepon, 30 SMS, MMS, kamera, video, permainan, radio/MP3, dan internet. Pengukuran pemanfaatan fasilitas ini menggunakan skor yaitu sering 3, kadang-kadang/jarang 2, tidak pernah 1. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Pemanfaatan ponsel tinggi, total skor 18-24 b. Pemanfaatan ponsel sedang, total skor 14-18 c. Pemanfaatan ponsel rendah, total skor 8-13 12. Tingkat biaya pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh responden berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan. Dibagi menjadi kategori skala ordinal a. Biaya pengeluaran tinggi skor 3, apabila > Rp. Biaya pengeluaran sedang skor 2, apabila Rp. hingga Rp. Biaya pengeluaran rendah skor 1, apabila 6 32 b. Interaksi tatap muka cukup intens skor 2, apabila jenis pembicaraan sebanyak 4-6 c. Interaksi tatap muka tidak intens skor 1, apabila jenis pembicaraan sebanyak Rp. sampai dengan Rp. 47,9 %, dan status ekonomi keluarga yang tinggi yaitu > Rp. 25 %. Mengenai sumber biaya pendidikan bagi responden, hampir semua responden 97,9 % mengemukakan berasal dari orang tua dan yang sumber biayanya berasal dari wali saudara kandungnya hanya 1 orang responden 2,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih sepenuhnya bergantung pada keluarga dan belum ada yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya tersebut. Mengingat bahwa responden masih merupakan siswa 40 sekolah sehingga lebih berkonsentrasi pada sekolahnya terlebih dahulu dibanding mencari pekerjaan. Tujuan Penggunaan Ponsel Hasil yang diperoleh mengenai tujuan penggunaan ponsel Tabel 3 menunjukkan bahwa sebenarnya menurut responden penggunaan ponsel cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting dan mendesak, yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatannya dengan sesama teman/pacar. Sesuai dengan masa remaja yang identik dengan adanya persahabatan untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan bersama dan kegiatan-kegiatan yang dianggapnya menarik untuk mengisi waktu luang Mappiare, 1982. Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel Tujuan Penggunaan Ponsel Frekuensi n Untuk informasi penting dan mendesak 11 Untuk sosialisasi dan kegiatan 20 sekolah/les/kursus Untuk hiburan atau pemenuhan hobi 17 JUMLAH 48 Persen % 22,9 41,7 35,4 100 Dapat dilihat bahwa dalam kategori tujuan penggunaan ponsel untuk bersosialisasi, yang paling utama adalah agar dapat terus berhubungan dengan lingkungan sosial responden itu sendiri terutama dengan lingkungan sebaya. Responden sering berkomunikasi atau mengobrol melalui ponsel dengan mereka baik melalui telepon maupun pengiriman pesan-pesan SMS. 41 Mengenai hiburan atau pemenuhan hobi, melalui ponsel responden dapat mengisi waktu luangnya serta menghilangkan kebosanan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut ”Kalo handphone paling buat sekitar komunikasi ato gak ngobrol ama orangorang terdekat. Sekalian juga bisa buat mengisi waktu luang dan ga’ bosen sih sebenernya..yah tergantung gimana kebutuhan orangnya masing-masing. Sukasukanya dia aja” Jy, perempuan, kelas XI Kategori tujuan penggunaan ponsel untuk informasi yang penting dan mendesak menurut banyak responden bukanlah merupakan tujuan yang utama. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut ”Menurut aku klo make HP itu lebih untuk yang seneng-senengnya ajah..paling sesekali nanya tugas kaya PR gitu. Itu juga sebenernya ga terlalu urgent banget sih..Kalo yang kaya urgent gitu pernah waktu itu ada bokap temen yang meninggal. Langsung aku kabarin ke yang lain cepet-cepet..yah tapi yang kaya gitu kan jarang-jarang” Na, perempuan, kelas X Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan penggunaan ponsel untuk informasi urgent justru jarang dilakukan. Responden lebih memanfaatkannya untuk kegiatan yang lebih bersifat fun dan tidak terlalu penting. Sedangkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan sekolah/les/kursus, responden mengemukakan bahwa mereka menggunakan ponselnya untuk menanyakan tugas-tugas PR. Tingkat Aktivitas Hasil yang diperoleh mengenai tingkat aktivitas responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas yang rendah Tabel 4. 42 Tingkat aktivitas rendah disini mempunyai arti bahwa aktivitas di dalam ekstrakurikuler olahraga, musik, organisasi sekolah maupun di luar sekolah bimbingan belajar, kursus bahasa asing, kursus musik, perkumpulan/organisasi remaja yang diikuti oleh responden tidak banyak jumlahnya. Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas Tingkat Aktivitas Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi n 3 6 39 48 Persen % 6,25 12,5 81,25 100 Perlu diketahui bahwa untuk responden kelas XI dan XII telah mengurangi aktivitasnya agar lebih berkonsentrasi pada penjurusan bidang yang telah diambilnya IPA atau IPS. Bahkan khusus untuk responden kelas XII dalam penelitian ini seluruhnya 100 % memiliki aktivitas yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa responden sebenarnya tidak memiliki banyak aktivitas di luar jam atau waktu sekolahnya. Mengingat bahwa SMUN 68 merupakan SMUN unggulan Jakarta Pusat sehingga responden tidak banyak mengambil kegiatan lain di luar jam sekolah yang dapat menghabiskan waktu, tenaga serta pikiran mereka untuk berkonsentrasi pada bidang akademiknya. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai macam-macam aktivitas itu sendiri, diketahui bahwa persentase tingkat keaktifan responden pada aktivitas dalam sekolah yang diikuti adalah sebagai berikut ekstrakurikuler olahraga 50 %, ekstrakurikuler musik 22,9 %, ekstrakurikuler lainnya 16,7 %, OSIS 8,3 %, dan aktivitas lainnya 20,8 %. Sedangkan pada aktivitas luar sekolah adalah sebagai berikut bimbingan belajar 43,75 %, kursus bahasa asing 43 %, kursus musik 4,17 %, organisasi/perkumpulan-perkumpulan remaja 10,42 %, dan aktivitas lainnya 12,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keaktifan responden paling tinggi untuk kegiatan dalam sekolah adalah ekstrakurikuler olahraga dan untuk kegiatan luar sekolah adalah kursus-kursus bahasa asing. Terdapat pernyataan responden mengenai aktivitas atau kegiatan yang diikutinya dalam kutipan berikut ”Diluar jam sekolah ya emang ikut kegiatan laennya..tapi gak ngeganggu waktu sekolah dan ngambil yang manfaatnya banyak. Aku cuma ngikut ekskul basket ama les di-ILP sih, tapi ya itu bermanfaat banget. Trus bisa nambah teman pergaulan baru juga, bisa tau sana-sini” WI, laki-laki, kelas X Kegiatan atau aktivitas yang diikuti oleh responden selain tidak boleh mengganggu jam sekolah mereka, juga harus dapat membawa manfaat yang dapat dirasakan untuk jangka pendek maupun panjang. Ekstrakurikuler olahraga misalnya, dapat menyalurkan hobi positif dan menjaga kebugaran tubuh responden. Selain itu kursus-kursus seperti bahasa asing juga dapat menambah wawasan dan referensi tentang bahasa serta dapat menjadi nilai tambah dalam rekomendasi mereka nantinya sebagai mahasiswa atau ketika bekerja. Karakteristik Eksternal Tingkat Pengaruh Teman Dekat Tingkat pengaruh teman dekat dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa keberadaan teman dekat mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi responden. Hal tersebut dilihat dari 91,7 % responden mengemukakan keberadaan teman dekat mereka mempunyai pengaruh yang sedang hingga kuat Tabel 5. 44 Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Tingkat Pengaruh Teman Dekat Kuat Sedang Kecil JUMLAH Frekuensi n 20 24 4 48 Persen % 41,7 50 8,3 100 Responden sebagai kelompok remaja memiliki kecenderungan untuk mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman dekatnya yang merupakan kelompok sebaya. Seperti yang diungkapkan oleh Mappiare 1982 bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan, dihargai dan dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai jumlah teman, diketahui bahwa sebagain besar responden 64,6 % memiliki > 5 orang teman dekat, lalu 3-4 orang teman dekat 20,8 % dan hanya 1-2 orang teman dekat 14,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki teman dekat dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan semakin banyak jumlah teman dekat dapat membuat keberadaan responden semakin diakui dalam lingkungan teman sebayanya tersebut. Selain itu keberadaan teman dekat juga dapat menjadi tempat berkeluh kesah, menambah percaya diri dan mempunyai pikiran yang sejalan dimana pada akhirnya dapat mempengaruhi responden dalam kesehariannya. Terdapat pernyataan responden mengenai keberadaan teman dekat baginya dalam kutipan berikut ”Kalo temen kaya geng-geng gitu sih pasti ada disini, ada yang pake nama juga malahan...yang pasti cari temen yang setipe lah, yang nyambung ama kita. Bisa buat curhat ama ngobrolin segala macem juga. Ga mungkinkan punya temen deket tapi ga sejalan” Na, perempuan, kelas X 45 Mengenai respon dari teman dekat responden mengenai penggunaan ponsel, sebagian besar responden 50 % mengatakan bahwa teman dekat mereka sangat mendukung dalam menggunakan ponsel untuk kegiatan sehari-hari. Sisanya cukup mendukung 41,7 % dan tidak mendukung 8,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa teman-teman dekat responden hampir seluruhnya mendukung dan merasa setuju dengan hal-hal yang berkaitan penggunaan ponsel dalam keseharian mereka. Tingkat Terpaan Media Massa Tingkat terpaan media massa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden menerima informasi mengenai ponsel menggunakan media massa tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dilihat dari sebagian besar responden hampir 80 % yang memiliki tingkat terpaan media massa sedang hingga tinggi Tabel 6. Media massa yang dimaksud disini meliputi media cetak maupun elektronik yaitu televisi, radio, koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran, dan internet. Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media Massa Tingkat Terpaan Media Massa Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi n 17 21 10 48 Persen % 35,4 43,8 20,8 100 Responden merasa bahwa informasi-informasi mengenai teknologi seperti ponsel penting untuk diketahui agar tidak membuat mereka menjadi ketinggalan informasi dan tidak mengerti perkembangan teknologi terbaru gaptek gagap 46 teknologi. Terdapat pernyataan responden mengenai media massa dalam kutipan berikut ”Biar ga ketinggalan informasi-informasi yang canggih emang harus seringsering liat media buat cari tau. Apalagi tentang HP, itukan cepet banget perkembangannya. Hampir tiap bulan ada aja yang baru modelnya dikeluarin. Masa ntar ga tau masalah begituan, jadi orang gaptek dong!” AFP, laki-laki, kelas XI Berdasarkan data yang diperoleh mengenai media massa itu sendiri, diketahui bahwa persentase tingkat keseringan responden dalam menerpa media mengenai ponsel adalah sebagai berikut televisi 45,8 %, radio 16,7 %, koran 47,9 %, majalah/tabloid 41,7 %, brosur/selebaran 4,17 % dan internet 22,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa media massa yang paling sering diterpa oleh responden dalam kaitannya dengan informasi ponsel adalah koran. Diduga biasanya hampir setiap keluarga berlangganan koran, sehingga setiap hari responden dapat mengetahui perkembangan yang paling akurat. Selain itu koran pada umumnya secara intens memberikan informasi mengenai ponsel, baik melalui iklan, promosi maupun informasi khusus yang biasanya disediakan pada kolom-kolom tertentu. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Ponsel Pada Remaja Frekuensi Penggunaan Ponsel Frekuensi penggunaan ponsel menunjukkan tingkat keseringan responden dalam penggunaan atau pemakaian ponselnya sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan ponselnya dengan frekuensi sedang hingga tinggi. Ponsel pada saat ini dianggap menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang penting bagi responden, sebagai kelompok remaja perkotaan. Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel Frekuensi Penggunaan Ponsel Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi n 13 24 11 48 Persen % 27,1 50 22,9 100 Dari data lain yang diperoleh mengenai frekuensi penggunaan ponsel, diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 47,9 % menggunakan ponsel sekitar 20 kali dalam satu hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap harinya responden menggunakan ponsel sekitar 20 kali. Penggunaan ponsel tersebut sebagian besar 52,1 % untuk menerima dan mengirim panggilan, baik itu panggilan berupa telepon maupun SMS, dan selanjutnya hanya untuk sekedar 48 hiburan atau bermain sebanyak 31,2 %. Lalu sisanya hanya untuk menerima atau mengirim panggilan saja. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menggunakan ponsel mereka setiap harinya tersebut lebih banyak pada kegiatan menerima dan mengirim panggilan telepon atau SMS. Kegiatan ini yang menyebabkan frekuensi penggunaan ponsel oleh responden menjadi cukup tinggi. Penggunaan ponsel tertinggi dilakukan pada waktu yang tidak tentu yaitu sebanyak 58,3 % responden menjawab hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa responden menggunakan ponsel dapat kapan saja pada waktu yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya. Sisanya pada waktu malam hari 18,75 %, siang sampai sore hari 18,75 % dan pagi hari 4,2 %. Terlihat bahwa responden jarang menggunakan ponselnya ketika pagi hari, karena pada waktu tersebut responden lebih sibuk untuk menyiapkan diri berangkat sekolah atau justru sebaliknya masih tidur ketika sedang hari libur misalnya. Terdapat pernyataan responden mengenai frekuensi penggunaan ponsel dalam kutipan berikut ”Klo gunain hp sih tiap hari. Tiap saat malah..sering banget. Pokoknya gak bisa lepas seharipun tanpa hp. Makenya juga ga bisa ditentuin kapan aja waktunya yang paling sering. Ya bisa pagi, siang, ato justru pas malem juga malah bisa sering make hp aku” Wy, perempuan, kelas XII Pemanfaatan Fasilitas Ponsel Pemanfaatan fasilitas ponsel dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana responden memanfaatkan berbagai jenis fasilitas yang terdapat pada ponselnya. Berdasarkan data yang diperoleh Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden 87,5 % berada dalam kategori pemanfaatan fasilitas ponsel sedang hingga tinggi. Hal ini berarti responden memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang 49 terdapat pada ponselnya tergolong cenderung tinggi. Fasilitas ponsel biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu fasilitas untuk menerima dan mengirim panggilan serta fasilitas dalam hal hiburan. Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel Pemanfaatan Fasilitas Ponsel Pemanfaatan ponsel tinggi Pemanfaatan ponsel sedang Pemanfaatan ponsel rendah JUMLAH Frekuensi n 15 27 6 48 Persen % 31,25 56,25 12,5 100 Dari data lain mengenai jenis fasilitas yang diperoleh, diketahui bahwa fasilitas untuk menerima dan mengirim panggilan terbanyak berupa SMS yaitu sebanyak 87,5 % responden sering memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sisanya berupa fasilitas telepon 37,5 % dan hanya 1 orang responden 2,1 % yang sering memanfaatkan fasilitas MMS. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih menyukai fasilitas SMS, dikarenakan faktor biaya yang lebih murah serta dapat mencakup banyak karakter tulisan untuk sekali kirim. Menurut responden untuk fasilitas telepon mempunyai kelebihan yaitu pada komunikasinya secara lebih langsung yang tentu saja dapat meminimkan terjadinya kesalahpahaman. Tetapi fasilitas telepon ini membebankan biaya yang lebih tinggi dibanding SMS. Sedangkan untuk MMS hanya satu orang responden yang sering memanfaatkannya, hal ini dikarenakan MMS dirasa tidak terlalu penting dan hanya untuk mengirim gambar atau suara tertentu saja dengan kapasitas yang besar dan biaya yang lebih. Disamping itu sekarang responden lebih menyukai untuk mengirim melalui infrared atau bluetooth, dimana kedua 50 hal ini tidak dikenai biaya. Terdapat pernyataan responden mengenai dalam kutipan berikut ”Paling enak dari Handphone itu SMS-nya. Udah paling top lah itu, bisa ga brenti-brenti kalo dah mulai SMS-an. Bisa nulis banyak apa aja, cepet, murah pula apalagi kalo sesama operator. Paling praktis langsung nyampe, tapi itu kalo ga error sih ya tapi..kalo mau yang lebih jelas sih lewat telfon emang lebih bagus” CF, perempuan, Kelas XI Fasilitas ponsel dalam hal hiburan, terbanyak responden 31,25 % paling sering memanfaatkan fasilitas radio dan MP3. Selanjutnya diikuti secara berurutan dengan fasilitas permainan games, kamera, video, dan yang terakhir adalah internet. Hal ini menunjukkan bahwa untuk fasilitas hiburan yang paling banyak dimanfaatkan adalah radio dan MP3. Fasilitas ini semakin menarik mengingat semakin maraknya variasi lagu MP3 dari artis-artis lokal maupun internasional yang dapat dijadikan nada dering ponsel. Begitu juga dengan fasilitas radio, yang membuat responden dapat mendengarkan radio dimana saja dan kapan saja melalui ponselnya. Fasilitas ponsel yang paling sedikit dimanfaatkan adalah internet, hal ini dikarenakan tingkat kecanggihan yang sangat tinggi sehingga masih tidak banyak ponsel yang memiliki fasilitas tersebut. Selain itu dengan memanfaatkan fasilitas internet melalui ponsel dapat dikenai biaya yang cukup tinggi. Terdapat pernyataan responden dalam kutipan berikut ”HP yang aku punya sekarang ama temen-temen aku termasuk yang lagi lumayanlah. Lengkap fasilitasnya, jadi bisa buat macem-macem hpnya gak garing. Klo cuma radio, MP3 ama kamera ato video itu dah standar banget sekarang. Yang makin keren tuh klo bisa internet ato chatting, sama kualitas tiap fasilitasnya yang lebih canggih ” RKJ, perempuan, kelas X 51 Ponsel yang terdapat sekarang ini semakin canggih dan menjadi semakin multifungsi, dimana hal tersebut menjadikan respon khususnya bagi kelompok remaja perkotaan cukup tinggi. Walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dan penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tingkat Biaya Pengeluaran Tingkat biaya pengeluaran menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh responden berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan Tabel 9. Biaya yang dikeluarkan untuk ponsel ini bervariasi mulai dari Rp. Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran Tingkat Biaya Pengeluaran Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi n 7 6 35 48 Persen % 14,6 12,5 72,9 100 Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 72,9 % memiliki biaya pengeluaran ponsel yang rendah yaitu Rp. dan terakhir sebanyak 12,5 % responden memiliki biaya pengeluaran ponsel yang sedang yaitu Rp. hingga Rp. setiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mengeluarkan biaya untuk keperluan ponsel setiap 52 bulannya tergolong rendah tidak banyak, yaitu sekitar 7 jam, waktu interaksi yang sedang yaitu 5-7 jam, dan waktu interaksi yang rendah yaitu 11 jam, waktu interaksi yang sedang yaitu 9-11 jam, dan waktu interaksi yang rendah yaitu < 9 jam. Hal ini dikarenakan dengan perhitungan waktu sekolah SMUN 68 sebanyak 8,5 jam yaitu pukul WIB sampai pukul WIB, lalu ditambah dengan kegiatan lain yang diikuti baik di dalam maupun di luar sekolah apabila ada. Variabel waktu interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga dan teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa keduanya hampir sama, yaitu memiliki waktu yang mayoritas berada dalam kategori sedang hingga rendah. Hal ini sangat disayangkan mengingat dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung bertatap muka adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis Sarwono, 2002. Hanya saja untuk kategori waktu interaksi yang tinggi, lebih banyak pada responden dengan teman atau pacar dibanding dengan keluarga mereka. Dapat diketahui bahwa dalam waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka, teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Terdapat pernyataan responden mengenai waktu interaksi mereka dengan lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut ”Pas hari-hari sekolah yang senin-jumat ya biasanya gw paling sering ketemunya ama temen-temen. Kan banyaknya diabisin di luar rumah waktunya. Sabtu-minggu paling cuma sore ato malemnya aja klo jalan ama mereka. Tapi diusahain seimbang jugalah waktu buat bareng-bareng keluarga gw, walopun pada sibuk masing-masing sih” H, laki-laki, kelas X 68 Intensitas Interaksi Tatap Muka Intensitas interaksi pada penelitian ini menunjukkan bagaimana keluasan pembicaraan dalam interaksi tatap muka yang terjadi pada responden dengan lingkungan sosial keluarga Tabel 20 dan lingkungan sosial pertemanan atau pacar Tabel 21. Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Keluarga Intensitas Interaksi Tatap Muka Sangat intens Cukup intens Tidak intens JUMLAH Frekuensi n 22 17 9 48 Persen % 45,8 35,4 18,8 100 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden hampir 82 % memiliki interaksi yang tergolong cukup hingga sangat intens dengan lingkungan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara tatap muka langsung antara responden dengan lingkungan keluarga mereka tergolong intens, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka luas. Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Teman/Pacar Intensitas Interaksi Tatap Muka Sangat intens Cukup intens Tidak intens JUMLAH Frekuensi n 11 25 12 48 Persen % 22,9 52,1 25 100 69 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 52,1 % memiliki intensitas interaksi yang cukup dengan teman atau pacar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara tatap muka langsung antara responden dengan lingkungan teman atau pacar mereka tergolong sedang cukup rendah intensitasnya, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka tidak terlalu luas. Variabel intensitas interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga dan teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa topik pembicaraan antara responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau pacar. Hal ini berarti interaksi responden tatap muka lebih intens dengan keluarga mereka. Biasanya remaja ketika sedang berhubungan atau berkomunikasi dengan lingkungan teman sebayanya lebih kearah topik yang bersifat fun, menarik, seru dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sehari-hari mereka tidak terlalu menyangkut hal-hal yang sangat penting/urgent. Responden dengan keluarga biasanya topik pembicaraan lebih memungkinkan mulai dari hal-hal yang ringan bahkan sampai topik yang penting menyangkut masa depan remaja tersebut. Sehingga tingkat interaksinya dapat dikatakan lebih intens dalam hal keluasan topik pembicaraan. Terdapat pernyataan responden mengenai intensitas interaksi mereka secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut ”Yang diomongin aku ama temen-temen aku kalo ketemu banyak sih, biasanya gosip ato trend sekarang-sekarang ini. Trus ngomongin soal nyontek-nyontekan ato cowo masing-masing juga seru. Tapi klo ama keluarga lebih banyak lagi itu biasanya. Abis dari yang masalah kecil urusan sehari-hari ampe yang soal masa depan aku suka diomongin ama keluarga, apalagi ama kakak aku kebetulan sama-sama perempuan juga sih kita FH, perempuan, kelas XI 70 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum Interaksi sosial dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana interaksi secara tatap muka yang terjadi antara responden dengan lingkungan sosialnya dan dilihat dari waktu serta intensitas interaksi tersebut Tabel 22. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 56,3 % berada dalam kategori interaksi sosial yang sedang dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang dimaksudkan disini adalah lingkungan sosial sosial yang paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja Interaksi Sosial Dekat Sedang Renggang JUMLAH Frekuensi n 11 27 10 48 Persen % 22,9 56,3 20,8 100 Interaksi sosial dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam hal waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka lingkungan teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Sedangkan dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau pacar. Dengan begitu menjadikan interaksi responden lebih intens dengan keluarga mereka. 71 Hal tersebut mempunyai makna bahwa dalam keseharian responden tergolong kurang dalam menghabiskan waktu mereka secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya. Tetapi dalam hal intensitas dari interaksi itu sendiri, yaitu keluasan atau banyaknya topik pembicaraan yang sering dibicarakan, maka antara responden dengan keluarga mereka lebih intens dibandingkan dengan teman atau pacar. Responden lebih banyak membicarakan beragam topik pembicaraan dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang penting menyangkut masa depan responden. Dengan begitu dapat diketahui bahwa responden berinteraksi secara tatap muka dengan kurang terhadap lingkungan keluarga maupun lingkungan pertemanan atau pacar. Waktu yang dihabiskannya cenderung dalam waktu yang sedang hingga rendah. Namun dalam hal intensitas, responden berinteraksi lebih intens dengan keluarga mereka dibanding dengan teman atau pacar. Dalam hal ini topik pembicaraannya lebih luas dibanding responden dengan teman-teman atau pacarnya. Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja Pengaruh tingkat penggunaan ponsel data ordinal terhadap interaksi sosial remaja secara tatap muka data ordinal menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,926, yang nilainya lebih besar dari 0,1 α = 10 %. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penggunaan ponsel dengan interaksi sosial remaja secara tatap muka. 72 Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial Interaksi Sosial Tatap Muka Renggang Sedang Dekat Jumlah Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 2 100 4 12,5 4 28,6 0 0 20 62,5 7 50 0 0 8 25 3 21,4 2 100 32 100 14 100 *p-value 0,926 Dari tidak adanya hubungan yang signifikan tersebut, dapat dianalisis mengenai tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial responden. Jika melihat pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan ponselnya dalam kategori yang cukup tinggi. Melalui penggunaan ponsel sebagai media komunikasi yang cenderung tinggi tersebut, seharusnya dapat mempererat interaksi sosial antara responden dengan lingkungannya. Ternyata dalam hal interaksi secara tatap muka, penggunaan ponsel itu tidak menjadikan responden jauh lebih dekat dengan lingkungan keluarga maupun lingkungan sebayanya. Terlihat pada tabel 23 dapat diketahui bahwa untuk responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang sedang maupun tinggi sebagian besar hanya berada dalam interaksi sosial secara tatap muka yang sedang. Sedangkan untuk responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah, semuanya berada dalam interaksi sosial secara tatap muka yang renggang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ponsel tidak mempengaruhi bagaimana interaksi sosial yang terjalin secara tatap muka antara responden dengan lingkungannya. Hal tersebut tidak sesuai seperti yang dikemukakan Budyatna 2005 bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat 73 dinamis dan timbal balik. Budyatna 2005 melihat bahwa dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka. Interaksi sosial secara tatap muka tetap saja cenderung sedang walaupun responden semakin tinggi menggunakan ponselnya. Responden menganggap ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting. Jadi memang responden menjadi cenderung tinggi tingkat penggunaan ponselnya, tetapi dengan tidak diikuti dengan interaksi tatap muka yang semakin dekat. Berdasarkan semua data yang telah diperoleh, dapat dilakukan analisis lebih mendalam mengenai interaksi sosial responden. Jika melihat pada tabel 10, dapat diketahui bahwa pihak yang diajak berkomunikasi melalui ponsel paling sering adalah pihak teman atau pacar dibanding keluarga. Tetapi bila melihat pada tabel 18 dan 19, dapat diketahui bahwa waktu interaksi secara tatap muka antara responden dengan lingkungan sosialnya tergolong kurang dalam rata-rata setiap harinya. Hanya saja apabila dibandingkan, untuk lingkungan teman atau pacar sedikita lebih tinggi dibanding keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa responden memang lebih sering berinteraksi dengan teman atau pacarnya dibanding dengan keluarganya. Mengenai intensitas interaksi, jika melihat pada tabel 20 dan 21 maka interaksi antara responden dengan keluarga jauh lebih intens dibanding dengan teman atau pacar. Hal ini menunjukkan ketika bertemu secara tatap muka, topik pembicaraan yang sedang berlangsung lebih luas banyak antara responden 74 dengan keluarga. Mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang penting menyangkut masa depan responden. Sedangkan responden dengan lingkungan sebayanya cenderung membicarakan mengenai pembicaraan ringan sehari-hari, gosip, seputar tugas atau pekerjaan sekolah dan hal-hal lain yang bersifat kurang penting urgent. Baik pembicaraan tersebut ketika melalui ponsel maupun secara langsung tatap muka. Dengan begitu dapat diketahui bahwa interaksi antara responden dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas. Sedangkan interaksi antara responden dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas. Ikhtisar Penelitian ini menghubungkan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh dalam hal karakteristik responden, penggunaan ponsel dan interaksi sosial remaja dengan lingkungannya tabel 24. Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dan Variabel Terpengaruh Variabel Pengaruh Jenis Kelamin Status Ekonomi Keluarga Tujuan Penggunaan Ponsel Tingkat Aktivitas Tingkat Pengaruh Teman Dekat Tingkat Terpaan Media Massa Tingkat Penggunaan Ponsel Variabel Terpengaruh Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Interaksi Sosial Koefisien Korelasi 0,182 0,524 0,442 0,101 0,364 -0,081 0,014 Keterangan Tidak terdapat hubungan Terdapat hubungan Terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan Terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan 75 Tingkat penggunaan ponsel diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel karakteristik responden internal dan eksternal. Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa karakteristik internal yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel. Sedangkan karakteristik eksternal yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden adalah teman dekat. Status ekonomi keluarga yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap bulannya dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Semakin tinggi status ekonomi keluarga maka memungkinkan peningkatan dalam hal penggunaan pulsa ponsel responden. Mengingat bahwa dalam penggunaan ponsel responden bukan hanya pada kegiatan hiburan, tetapi juga terdapat kegiatan mengirim dan menerima panggilan yang membutuhkan biaya pulsa. Tujuan penggunaan ponsel dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Menurut responden penggunaan ponsel cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/kursus/lesnya. Hal ini yang membuat tingkat penggunaan ponsel oleh responden menjadi cenderung tinggi. Responden dengan tujuan penggunaan untuk hal-hal yang penting atau mendesak justru cenderung rendah penggunaan ponselnya. Dengan begitu dapat dilihat bahwa memang responden cenderung memandang ponsel sebagai suatu media hiburan dan komunikasi yang sifatnya tidak untuk hal-hal penting atau mendesak urgent. Teman dekat responden dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel karena keberadaan teman dekat tersebut kuat pengaruhnya dalam kehidupan responden. Teman dekat responden tersebut pada umumnya mendukung 76 penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini mengingat bahwa responden merupakan kelompok remaja dimana mereka ingin masuk serta diterima dalam kelompok sebayanya peer-group, sehingga mereka cenderung mengikuti dan mengacu pada keberadaan teman-temannya tersebut. Variabel lainnya seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas dan terpaan media massa tidak mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Remaja perempuan lebih sering dan intens berkomunikasi dengan sesamanya melalui ponsel. Sedangkan remaja laki-laki cenderung menggunakan ponsel cenderung fungsinya sebagai media hiburan. Dengan begitu penggunaan ponsel oleh remaja perempuan dan laki-laki memang cenderung sama yaitu tinggi. Tingkat aktivitas responden yang cenderung rendah tidak mempengaruhi penggunaan ponsel. Responden dengan aktivitas di dalam maupun di luar sekolahnya yang rendah tidak menjadikan penggunaan ponselnya menjadi menurun. Dengan aktivitas bagaimanapun, penggunaan ponsel responden tetap saja cenderung tinggi. Terpaan media massa menunjukkan sebagian besar responden tergolong tinggi dalam menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa. Tetapi informasi tersebut hanya bersifat informatif saja, tidak sampai mempengaruhi bagaimana perilaku responden menggunakan ponselnya sehari-hari. Mengenai interaksi responden secara tatap muka, dalam hal waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka lingkungan teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Sedangkan dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara responden 77 dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau pacar. Tingkat penggunaan ponsel tidak mempengaruhi interaksi sosial responden dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Responden menganggap ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting. Sehingga penggunaan ponsel oleh responden baik laki-laki maupun perempuan memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka dengan lingkungan sosialnya, responden sebagai kelompok remaja memang tergolong sedang hingga rendah. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi responden yang cenderung rendah tersebut tidak hanya disebabkan oleh penggunaan ponsel yang tinggi. Terdapat faktor-faktor lainnya, mengingat bahwa responden bersekolah pada SMUN unggulan Jakarta sehingga sangat berkonsentrasi pada pelajaran akademiknya serta semakin tingginya penggunaan media-media teknologi lainnya yang dapat memungkinkan interaksi responden menjadi rendah secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan ponsel pada remaja cenderung tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan dianggap menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting bagi remaja, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga remaja menggunakan ponsel cenderung pada waktu yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya. Mengenai fasilitas pada ponsel, remaja cenderung tinggi memanfaatkan dalam kesehariannya. Tetapi dari jenis-jenis fasilitas yang dimanfaatkan tersebut dapat terlihat bahwa remaja juga mempertimbangkan faktor-faktor biaya, sehingga tidak terlalu memberatkan pihak orang tua sebagai sumber biaya pengeluaran seharihari. Dengan begitu biaya pengeluaran ponsel remaja tergolong rendah, tetapi biaya tersebut diperkirakan akan meningkat ketika remaja mulai memasuki kegiatan perkuliahan nantinya. Remaja dalam menggunakan ponselnya sebagian besar menghubungi pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman atau pacar. Hal ini dikarenakan remaja merasa belum cukup untuk berkomunikasi atau berhubungan ketika bertemu saja dengan teman atau pacar. Selain itu faktor kesibukan orang tua atau saudara dapat menjadikan remaja jarang menghubunginya melalui ponsel. Karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel. Status ekonomi keluarga 79 yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap bulannya dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Semakin tinggi status ekonomi keluarga maka dapat meningkatkan pembelian pulsa, menyangkut penggunaan ponsel remaja. Sedangkan mengenai tujuan penggunaan ponsel, menurut remaja penggunaan ponsel cenderung lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/kursus/lesnya dan untuk hiburan pemenuhan hobi, bukan untuk hal-hal yang cenderung penting atau mendesak. Hal ini yang membuat tingkat penggunaan ponsel remaja menjadi cenderung tinggi. Karakteristik eksternal yang mempengaruhi penggunaan ponsel remaja adalah keberadaan teman dekat. Teman dekat tersebut sebagian besar mempunyai pengaruh yang kuat terhadap remaja dan pada umumnya mendukung penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Disini kelompok remaja memiliki kecenderungan untuk mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman dekatnya yang merupakan kelompok sebaya peer-group. Mengenai interaksi remaja, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi sosial dari waktu dan intensitas tingkat keluasan pembicaraan interaksi antara remaja dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Berdasarkan semua data yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara remaja dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas, yang berarti lebih sering waktunya dalam bertemu secara tatap muka. Sedangkan interaksi antara remaja dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas, yang berarti topik pembicaraan yang dibicarakan lebih intens. Remaja lebih membicarakan beragam topik pembicaraan dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang penting menyangkut masa depan remaja. 80 Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna 2005, yaitu dengan munculnya penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja laki-laki maupun perempuan memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya. Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan tersebut, maka penulis memberikan saran kepada beberapa pihak 1. Masyarakat Kepada kelompok remaja hendaknya dapat meluangkan waktu yang lebih banyak lagi secara tatap muka langsung dengan lingkungan sosialnya serta menambah kegiatan atau aktivitas di luar jam sekolahnya. Mengingat dalam penelitian ini sebagian besar remaja memiliki tingkat aktivitas yang rendah dan adanya karakteristik remaja cenderung melepaskan diri dengan 81 lingkungan keluarganya. Dengan begitu dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas interaksi secara tatap muka remaja tersebut. Khusus kepada orang tua hendaknya lebih berperan dalam meminimalkan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat muncul dari pergaulan remaja saat ini. Mengingat bahwa pengaruh eksternal dari teman dekat sangatlah kuat bagi remaja itu sendiri. 2. Pengusaha ponsel Selain memberikan iklan atau promosi yang semakin gencar mengenai produknya, hendaknya pengusaha ponsel juga memberikan informasi mengenai dampak-dampak lain dari penggunaan ponsel itu sendiri. Misalnya dampak yang timbul dari segi sosial, psikologis, maupun keuangan finansial. 3. Penelitian selanjutnya Kepada penelitian selanjutnya yang ingin membahas mengenai permasalahan serupa dengan penelitian ini hendaknya menggunakan lokasi dan sampel dari lapisan masyarakat yang berbeda. Dengan begitu dapat ditemukan suatu hasil yang berbeda pula serta relevansinya dengan teori tertentu. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Kamus Sosial. Edisi baru. Depok FISIP UI, 2001. Apriyanti, Rika. Pengaruh Majalah Remaja Terhadap Gaya Hidup Remaja Putri. Skripsi. Bogor Fakultas Pertanian IPB, 2005. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2003. Badwilan, Rayyan Ahmad. Rahasia Dibalik Handphone. Jakarta Darul Falah, 2004. Brotosiswoyo, B. Suprapto. ‘Dampak Sistem Jaringan Global Pada Pendidikan Tinggi Peta Permasalahan’. Komunika. No 28/IX. Tangerang Universitas Terbuka, 2002. Budyatna, M. ’Pengembangan Sistem Informasi Permasalahan Dan Prospeknya’. Komunika. Vol 8 No 1, 2005. Calhoun, James F dan Joan Ross Acocella. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang IKPI Semarang Press, 1995. DeVito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Jakarta Professional Books, 1997. Fiati, Rina. Akses Internet Via Ponsel. Yogyakarta Penerbit Andi Yogyakarta, 2005. Gea, Antonius Atosokhi, Antonio Panca Yuni Wulandari & Yohanes Babari. Character Building II, Relasi Dengan Sesama. Jakarta PT Gramedia, 2003. Gerungan, Psikologi Sosial. Bandung PT Refika Aditama, 2004. Harmandini, Felicitas. ‘Ponsel CDMA, Murah Tapi Terbatas’. Kompas, 23 Desember 2005. Hassan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta Ghalia Indonesia, 2002. Hassan, Fuad. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya Tantangan Dalam Laju Teknologi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh November ke-39. Surabaya, 11 November 1999. 83 Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta Erlangga, 1980. Johannesen, Richard L. Etika Komunikasi. Bandung PT Remaja Rosdakarya, 1996. Kadir, Abdul & Terra CH Triwahyuni. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta Penerbit Andi Yogyakarta, 2003. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya Usaha Nasional, 1982 Mardiyanti, Nurcahya. Studi Pola Interaksi Sosial Masyarakat Nelayan. Skripsi. Bogor Fakultas Pertanian IPB, 1996. Morey, Doc. Phone Power Meningkatkan Keefektifan Berkomunikasi di Telepon. Jakarta PT Gramedia, 2004. Nurudin. Sistem-Sistem Komunikasi di Indonesia. Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2005. Pattiradjawane, Rene L. ’Meningkatkan Teledensitas’. Kompas, 10 Oktober 2005. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2001. __________________ Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2005. Rumini, Sri & Siti Sundari Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta PT Rineka Cipta, 2004. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta Balai Pustaka, 2002. Saydam, Gouzali. Teknologi Telekomunikasi, Perkembangan dan Aplikasi. Bandung Alfabeta, 2005. Shiroth, Muhammad & Nur Mohammad Amin. Trend Industri Telekomunikasi di Indonesia. Depok Fakultas Ekonomi UI, 1998. Simanjuntak, Fritz E. Aspek Sosial Telepon Selular. 13 Mei 2004. Singarimbun, Masri dan sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta LP3ES, 1989. 84 Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta PT RajaGrafindo, 2002. Subarkah, AW. “Cara Baru Menikmati Hiburan Televisi”. Kompas, 13 Januari 2006. ____________. “Ponsel Surround Lahirkan Gagasan Mobile Theatre”. Kompas, 23 Desember 2005. Tubbs, Steward L & Sylvia Moss. Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi. Cetakan Ketiga. Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2001. 86 Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel Di Indonesia Pengguna Berdasarkan Umur 35% 31% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 15-24 thn 25-34 thn 1 35-50 thn 50+ thn Pengguna Berdasarkan Kota-Desa Pada Beberapa Pulau 120 100 80 Pedesaan 60 Perkotaan 40 20 La in ny a Ba li Ka lim an ta n es i Su la w a at er Su m Ja w a 0 87 Pengguna Berdasarkan Kota-Desa Desa 29% Kota 71% Pengguna Berdasarkan Lima Pulau di Indonesia 80% 71% 70% 60% 50% 40% 30% 17% 20% 10% 3% 5% 4% 0% Jawa Sumatera Sulawesi Kalimantan Bali Sumber Rene L. Pattiradjawane. Meningkatkan Teledensitas. Kompas, 10 Oktober 2005. 88 Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 2 2 Asymp. Sig. 2-sided .440 .436 1 .272 df 48 a. 2 cells have expected count less than 5. The minimum expected count is Symmetric Measures Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Value .182 48 Approx. Sig. .440 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value .054 4 4 Asymp. Sig. 2-sided .020 .025 1 .816 df 48 a. 5 cells have expected count less than 5. The minimum expected count is .46. Symmetric Measures Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Value .442 48 Approx. Sig. .020 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. 89 Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Correlations Spearman's rho status ekonomi keluarga tingkat penggunaan ponsel Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N status tingkat ekonomi penggunaan keluarga ponsel .524** . .000 48 48 .524** .000 . 48 48 **. Correlation is significant at the level 2-tailed. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Correlations Spearman's rho tingkat aktivitas tingkat penggunaan ponsel Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N tingkat aktivitas . 48 .101 .494 48 tingkat penggunaan ponsel .101 .494 48 . 48 Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Correlations Spearman's rho tingkat pengaruh teman dekat tingkat penggunaan ponsel Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N *. Correlation is significant at the level 2-tailed. tingkat pengaruh teman dekat . 48 .364* .011 48 tingkat penggunaan ponsel .364* .011 48 . 48 90 Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Correlations Spearman's rho tingkat terpaan media massa tingkat penggunaan ponsel Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N tingkat terpaan media massa . 48 .584 48 tingkat penggunaan ponsel .584 48 . 48 Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial Correlations Spearman's rho tingkat penggunaan ponsel interaksi sosial remaja Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N tingkat penggunaan ponsel . 48 .014 .926 48 interaksi sosial remaja .014 .926 48 . 48

frekuensipenggunaan gawai terhadap perkembangan sosial anak prasekolah. Analisis data tersebut akan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf signifikansi α=5% (0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang pengaruh hubungan durasi dan frekuensi penggunaan gawai terhadap perkembangan sosial anak pra sekolah di Tk Islam

Jakarta ANTARA - Memperingati Hari Media Sosial Nasional, psikolog Endang Retno Wardhani, MBA., PhD., CHt., dari Asosiasi Psikologi Positif Indonesia menjelaskan dampak yang timbul dari penggunaan media sosial pada anak dan remaja. Melalui wawancara telepon dengan ANTARA, Sabtu, Endang Retno Wardhani atau biasa disapa Dhani mengatakan ada dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial. Pada anak-anak, seiring bertambahnya usia dan tumbuh kembangnya, mereka juga mengalami perkembangan pada pemikiran kognitifnya. “Pada usia dini, tentu hal-hal yang bisa dipahami adalah hal yang sifatnya konkret, mudah, praktis, dan belum terlalu kompleks,” kata Dhani. Anak-anak cenderung mengikuti perilaku orang terdekatnya, termasuk orang tua, dalam melakukan suatu hal. Dalam bermedia sosial, sebagian besar orang dewasa akan melakukan aktivitas tersebut kapan pun dan di mana pun. Tidak jarang, anak-anak dapat mengakses konten dunia maya dengan mudah karena proses peniruan yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa kepada mereka. Baca juga Psikolog Komunikasi yang baik dengan anak cegah dampak buruk medsos Jika dilakukan dengan pendampingan orang dewasa, anak-anak akan lebih mudah mendapatkan informasi positif dari penggunaan media sosial. Contohnya, film atau animasi yang banyak ditemukan di media sosial dapat memberikan nilai positif pada anak karena muatan cerita di dalamnya. Sebaliknya, jika akses media sosial tidak digunakan sebagaimana mestinya, informasi negatif di dalamnya justru akan membuat perilaku anak menjadi tidak benar. Misalnya, meniru adegan atau hal berbahaya dari konten media sosial yang mereka temukan. Anak-anak cenderung belum dapat mencerna apa yang benar dan salah dari konten media sosial. Meskipun kebanyakan media sosial diperuntukkan bagi anak berusia 13 tahun ke atas, tidak sedikit anak-anak di bawah usia tersebut sudah memiliki media sosialnya sendiri atau mengakses konten dari media sosial orang tua mereka. Oleh sebab itu, pendampingan orang dewasa terhadap anak menjadi penting agar informasi di media sosial tersebut dapat tersaring dengan baik. Bijak bermedsos bagi orang tua dan anak Psikolog Endang Retno Wardhani mengatakan anak akan tumbuh sesuai dengan apa yang mereka alami dalam kesehariannya. Kebiasaan yang sudah dibangun sejak kecil cenderung terus dilakukan hingga mereka dewasa. Jika sedari kecil anak tidak dibatasi dalam suatu hal, dalam hal ini menggunakan media sosial, mereka akan terbiasa dengan pola tidak terbatas tersebut. Orang tua pun harus bisa menyesuaikan waktu “Time on screen” atau ketika anak harus menggunakan gawainya tersebut. Baca juga Terlalu banyak main media sosial pengaruhi otak dan psikologis remaja Dhani pun menyarankan agar orang tua membuat jadwal khusus bagi anak untuk mengetahui di waktu apa saja mereka bisa mengakses media sosial di gawainya. Orang tua dapat membuat jadwal harian secara kreatif, baik dengan gambar maupun lainnya agar anak lebih mudah mencerna aturan jadwal tersebut. “Buat pembatasan, contohnya pada anak usia dini menggunakan gambar handphone diletakkan pada waktu kapan. Misalnya, sore hari,” kata Dhani. Untuk anak usia sekolah, selain dari jadwal harian tersebut, orang tua juga dapat berdialog langsung dengan anak mengenai waktu mengakses media sosial mereka. Dengan begitu, anak akan lebih mengerti dan diharapkan dapat mematuhi jadwal tersebut dengan baik. Jangan lupa untuk mendampingi dan mengawasi anak ketika mereka mengakses media sosial agar mereka tidak mengakses konten negatif. Mengenai usia ideal anak mengakses media sosial, hal ini kembali pada konten yang sesuai dengan usia tumbuh kembang mereka. Semakin besar usia anak, semakin besar pemahaman anak dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, pemahaman anak terhadap suatu konten menjadi salah satu tolok ukur apakah mereka sudah dapat mengaksesnya atau belum. Orang tua dapat melakukan pengaturan privasi agar anak terhindar dari konten bermuatan negatif. Baca juga Remaja perlu pertimbangkan dampak sosial dalam buat konten Saat ini, media sosial juga sering dimanfaatkan dalam dunia pendidikan untuk membantu proses pembelajaran anak-anak dan remaja. Dhani pun berpesan, selain orang tua mendampingi anak-anak dan remaja dalam mengakses media sosial, guru dan tenaga pendidik juga memiliki andil di dalamnya. Guru dapat menyosialisasikan bagaimana cara bijak bermedia sosial, contohnya memberi tahu hal yang boleh dan tidak boleh diakses dari media sosial. Guru pun dapat membuat tugas pada murid yang berkaitan dengan media sosial agar mereka dapat belajar langsung di ruang medsos. Pewarta Vinny Shoffa SalmaEditor Siti Zulaikha COPYRIGHT © ANTARA 2023 lh7HE4E.
  • j8ve80ixak.pages.dev/421
  • j8ve80ixak.pages.dev/144
  • j8ve80ixak.pages.dev/780
  • j8ve80ixak.pages.dev/63
  • j8ve80ixak.pages.dev/889
  • j8ve80ixak.pages.dev/182
  • j8ve80ixak.pages.dev/307
  • j8ve80ixak.pages.dev/377
  • j8ve80ixak.pages.dev/842
  • j8ve80ixak.pages.dev/735
  • j8ve80ixak.pages.dev/226
  • j8ve80ixak.pages.dev/46
  • j8ve80ixak.pages.dev/876
  • j8ve80ixak.pages.dev/144
  • j8ve80ixak.pages.dev/246
  • dampak penggunaan hp terhadap interaksi sosial masyarakat indonesia